Berita Malang Hari Ini
Kisah Dua Wisudawan Universitas Brawijaya yang Berjuang Meraih Asa
Kisah dua mahasiswa Universitas Brawijaya berprestasi, Juve Henson dan Adinda Tania Salsabil yang mengejar ilmu hingga ke negeri Jepang.
SURYAMALANG.COM, MALANG - Kejarlah ilmu sampai ke negeri Cina. Bagi kedua mahasiswa Universitas Brawijaya ini, lebih tepat jika mengejar ilmu sampai ke negeri Jepang. Seperti kisah Juve Henson dan Adinda Tania Salsabil berikut ini.
Juve Henson, adalah salah satu wisudawan periode XIV Tahun Akademik 2022/2023. Juve merupakan salah satu mahasiswa penerima Bidik Misi. Melalui beasiswa tersebut, wisudawan jurusan Sastra Jepang angkatan 2019 ini bisa lulus dengan predikat cumlaude di IPK 3,94 dan lama studi 3 tahun 4 bulan.
"Kalau tidak ada Bidik Misi sepertinya tidak bisa kuliah, tidak akan nutup untuk kebutuhan" ungkapnya.
Ia mengisahkan, saat masih sekolah di SMKN 3 Boyolangu pun ia banyak menunggak uang spp. Bahkan ketika mengambil ijazah, ia sebenarnya masih memiliki tunggakan. "Kalau SMK 3 tahun itu mungkin saya hanya membayar spp satu atau dua kali. Waktu mengambil ijazah kemarin diselesaikan dengan kekeluargaan karena untuk keperluan yudisium di UB,” tuturnya.
Selama kuliah, setiap bulan ia mendapat biaya hidup 700 ribu rupiah setiap bulan dari beasiswa.Sebanyak 500 ribu rupiah digunakan untuk keperluan tempat tinggal dan sisanya kebutuhan sehari-hari.
Ia bahkan mengatakan selama kuliah penampilannya lebih mirip “gelandangan” karena ia yang kurang memperhatikan perawatan dirin dan faktor ekonomi. Tapi dosen maupun teman kuliah nya tetap bisa menerima kondisinya yang membuat anak sulung dari tiga bersaudara ini semangat kuliah di Fakultas Ilmu Budaya.
“Yang buat saya appreciate banget dengan FIB UB ini, dosen-dosen nya semua melihat saya yang seperti ini berusaha menerima saya sebisa mungkin. Karena itu saya bisa enjoy kuliah disana,” ungkapnya.
Selain beasiswa, ia terbantu ketika menjadi asisten dosen untuk praktikum selama 3 semester. Rinciannya selama online, ia dua semester dan saat offline satu semester menjadi asisten untuk mata kuliah Praktikum Moji-Goi (Huruf Kanji).
Sebagaimana saat masih menjadi siswa SMK, ketika kuliah pun ia tidak bisa berharap orang tua akan membantu kehidupannya di Malang. “ Ibu saya penjaga toko komputer sementara ayah serabutan,” ungkapnya. Selama di kampus ia termasuk mahasiswa yang hanya fokus kuliah lalu pulang ke kos atau dikenal dengan istilah kupu-kupu (kuliah-pulang, kuliah- pulang).
Ketekunannya di akademik ternyata tidak sia-sia, ia berhasil mendapatkan pekerjaan sebelum wisuda. Sudah lima bulan lamanya ia bekerja di PT Minori, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pengembangan manufaktur dan sumber daya manusia yang berlokasi di Cikarang. Berbekal SKL (Surat Keterangan Lulus) pasca yudisium, ia didapuk sebagai pengajar Bahasa Jepang untuk persiapan tenaga kerja yang akan magang ke Jepang.
Lain lagi dengan kisah Adinda Tania Salsabil. Siapa sangka, karena tidak sengaja memilih anime, justru memberikan Adinda predikat sebagai wisudawan termuda? Inilah yang terjadi pada Adinda, wisudawan termuda dari Departemen Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Brawijaya. Masa studinya berakhir manis setelah meneliti karakter dan masa lalu Kotaro, sebuah karakter animasi dalam seri Kotaro Wa Hitori Gurashi.
Pemilihan karakter Kotaro ini pun, menurut Adinda, memiliki alasan khusus. ”Dalam anime ini, sosok Kotaro yang berumur 4 tahun digambarkan sebagai sosok kecil yang mandiri, hidup seorang diri dan berpikiran lebih dewasa dibandingkan anak seusianya. Ternyata, dibalik sikapnya, ada kenangan yang menyakitkan bagi Kotaro”, terangnya.
Menurut dara asal Dampit ini, penelitiannya menilai sisi psikologinya. ”Saya menggunakan teori klasifikasi emosi milik David Krech. Dalam anime ini, karakter Kotaro cenderung menutupi emosinya. Maka dari itu, saya bedah satu persatu, makna dan sikap tindakannya itu apa, dan saya hubungkan dengan masa lalunya. Dari situ, saya bisa paham sikap dan tindakannya didasari dari trauma yang dialami di masa lalunya”, jelas Adinda.
Ia pun secara tidak sengaja memilih anime sebagai objek penelitiannya, lantaran sudah banyak penelitian yang menjadikan dorama atau drama Jepang. ” Jadi awalnya saya ingin meneliti drama jepang. Tapi dari beberapa drama itu sudah banyak diteliti oleh orang lain dan kebetulan saat saya sedang mencari bahan penelitian, saya lihat ada anime baru di netflix. Setelah saya tonton ternyata anime nya tidak membosankan seperti anime² lain yg pernah saya coba tonton sebelumnya”, ujarnya. Anime ini, imbuhnya, masih tergolong baru sehingga belum ada yang banyak meneliti.
Sebelum berakhir manis dengan Kotaro, Adinda pun kerap berganti judul. “Hingga akhirnya saya jelaskan tentang perilaku Kotaro ini, dan alasan saya ingin menelitinya, dan dosen saya mengizinkan meneliti anime ini”, jelasnya.
Polemik Beli LPG 3 Kg di Distributor, Pemilik Pangkalan di Kota Malang sampai Bingung |
![]() |
---|
UMKM Kota Malang Tak Peduli Harga Mahal, Yang Penting LPG 3 Kg Selalu Ada |
![]() |
---|
Polemik Beli LPG 3 Kg di Pangkalan, Warga Kota Malang: Kebijakan Jangan Bikin Repot |
![]() |
---|
Bisnis Akademi Wirausaha Mahasiswa Merdeka UB Malang, Maggot Jadi Pakan Kucing dan Busana Big Size |
![]() |
---|
Puluhan Napi di Lapas Malang Lolos Kompetensi, Diwisuda Jadi Guru Al-Quran |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.