Berita Surabaya Hari Ini

Keracunan Massal Daging Kurban di Surabaya, Ada yang:Hanya Makan Dua Tusuk Sate

puluhan warga di Kalilom Lor Indah Gg. Seruni II, RT 12 RW 10 Kelurahan Tanah Kali Kedinding berkumpul. Mereka menggelar makan bersama sebagai bentuk

|
Penulis: Bobby Constantine Koloway | Editor: Yuli A
bobby c koloway
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya menemukan sejumlah warga yang membuang kotoran hingga mencuci jeroan hewan kurban Idul Adha di sungai, Kamis (29/6/2023). 

Samiis menerangkan, gejala keracunan paling awal dirasakan oleh istri dan anak keduanya. Mereka mengalami mutah dan diare sekitar pukul 02.30 WIB pada Jumat dini hari (1/7/2023).

SURYAMALANG,COM, SURABAYA - Puluhan warga Kecamatan Kenjeran Surabaya mengalami keracunan makanan akhir pekan lalu. Mereka pun harus dilarikan ke sejumlah puskesmas hingga rumah sakit terdekat.

Kamis malam (29/6/2023), puluhan warga di Kalilom Lor Indah Gg. Seruni II, RT 12 RW 10 Kelurahan Tanah Kali Kedinding berkumpul. Mereka menggelar makan bersama sebagai bentuk syukur merayakan Idul Adha 1444 H.

Seperti tahun sebelumnya, acara makan bersama menjadi rangakaian Idul Adha di tempat ini. "Acara (makan bersama) besaran ini sudah dilakukan sejak sekitar 2006 lalu," kata salah satu warga, Samiis ketika dikonfirmasi belum lama ini.

Sebelum makan bersama, pagi harinya warga bergotongroyong memotong kurban di mushola tempat mereka berada. Total, ada 1 ekor sapi dan 4 ekor kambing yang disembelih pada Hari Raya kurban tahun ini.

"Dari hasil kurban itu, ada yang dibagikan dalam bentuk daging (mentah). Ada juga yang dimasak untuk acara makan bareng," kata Samiis.

Warga di kawasan ini memang rutin menggelar makan bersama. Bukan hanya saat Idul Adha, acara serupa juga dilakukan saat syukuran tahun baru Islam, tahun baru Masehi, dan Hari Kemerdekaan.

Pada acara besaran tersebut, ada 3 menu utama  olahan daging yang dihidangkan: krengsengan, gule, dan sate. Sedangkan untuk minumannya, ada es kopyor yang juga disiapkan oleh warga.

"Sebenarnya, masih ada (bahan) kikil yang rencananya mau dibuat makan bareng lagi di Minggu malam (2/7/2023). Namun, urung dilakukan karena musibah ini," katanya.

Dalam acara makan bareng tersebut warga dapat memilih makanan sesuai selera. "Saya ambil satu tusuk sate. Yang agak banyak, gule dan krengsengannya," katanya.

"Anak saya yang pertama juga merata, ambil semua. Kalau anak saya yang kedua, sate saja. Istri, (ambil) sate dua tusuk," katanya.

Selesai makan bareng, mereka pulang dan istirahat. Namun hanya beberapa jam berselang, gejala keracunan pun dirasakan warga.

Samiis menerangkan, gejala keracunan paling awal dirasakan oleh istri dan anak keduanya. Mereka mengalami mutah dan diare sekitar pukul 02.30 WIB pada Jumat dini hari (1/7/2023).

Tak berselang lama, disusul anak pertamanya dengan gejala yang sama. "Saya awalnya ngira bukan ini (keracunan). Tapi begitu banyak (warga) gejalanya sama, kita akhirnya menyimpulkan ada yang salah dengan makanan kita," katanya.

Tiga anggota keluarganya lantas dibawa ke Puskesmas Tanah Kali Kedinding. Masih beruntung, Samiis tak mengalami gejala serupa dengan anggota keluarga lainnya.

Awalnya, warga yang berinisiatif untuk datang ke fasilitas kesehatan terdekat. Namun dengan banyaknya pasien yang berdatangan, tenaga kesehatan pun berinisiatif untuk "jemput bola".

Petugas kesehatan berkeliling mengecek kesehatan di gang yang memiliki sekitar 50 KK tersebut. Hingga Jumat malam, pasien dilarikan ke sejumlah puskesmas hingga rumah sakit terdekat.

Data Dinas Kesehatan, ada 71 orang yang harus mendapat penanganan. Sekalipun, ada pula yang masih bisa dirawat di rumah dengan pengawasan dari puskesmas.

Keluarga Samiis berangsur pulih. Hingga Minggu, sang istri telah diperbolehkan pulang. "Anak saya Alhamdulillah sudah mulai makan agak banyak," katanya.

Samiis tak mengetahui penyebab pasti keracunan tersebut. Menurutnya, pengolahan makanan yang dilakukan para ibu-ibu itu tidak jauh berbeda seperti tahun sebelumnya.

Dokter Jaga Puskesmas Tanah Kali Kedinding, dr Rurit Aulia mengatakan puskesmas hanya merawat warga yang bergejala ringan. Sedangkan yang di rumah sakit merupakan rujukan karena membutuhkan pertolongan yang serius.

"Jadi kemarin kami sempat rujuk ke beberapa rumah sakit karena butuh perawatan yang Intensif. Tapi kalau sekarang sudah mulai membaik semua kesehatannya," terang dr Rurit.

Selain itu pihaknya juga melakukan pemeriksaan pada pasien yang rawat jalan. Pemeriksaan dilakukan agar mengetahui kondisi pasien yang mengalami tahap pemulihan pasca keracunan. 

Beredar kabar, penyebab keracunan massal tersebut berasal dari bumbu sate. Kini sampel air, makanan atau bumbu yang dikonsumsi korban dilakukan uji laboratorium. (bob)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved