Berita Tuban Hari Ini

PMII Tuban Sebut 4 Anggota Terluka saat Bentrok Lawan Polisi saat Demo Kecam Bupati Aditya Halindra

"Ada 3-4 kader kami yang mengalami luka atas tindakan represif kepolisian dan juga OPD yang ada," kata Ketua PC PMII Tuban, Abid Rohman.

Penulis: Mochamad Sudarsono | Editor: Yuli A
Mochamad Sudarsono
Pengurus Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Tuban, Jatim, menggelar unjuk rasa soal kinerja Bupati Aditya Halindra Faridzky, Rabu (16/8/2023). 

SURYAMALANG.COM, TUBAN - Pengurus Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Tuban, Jatim, menggelar unjuk rasa soal kinerja Bupati Aditya Halindra Faridzky, Rabu (16/8/2023).

Para mahasiswa menilai Lindra gagal dalam mengentaskan kemiskinan dan angka stunting yang masih tinggi.

Aksi mulanya di kantor Bupati, namun begitu dapat informasi orang nomor satu itu sedang ikut paripurna di gedung dewan, aksi massa lalu bergeser di DPRD.

Kericuhan memanas saat mahasiswa mensinyalir Bupati diam-diam hendak keluar menggunakan mobil dari gedung.

Lalu mahasiswa menghadang mobil yang akan keluar, kemudian terjadi gesekan dengan kepolisian yang bertugas hingga aksi berakhir ricuh.

Bahkan terlihat beberapa polisi pakaian preman juga melakukan aksi kekerasan sampai mahasiswa terjatuh, lalu diseret dan ada yang ditendang.

"Ada 3-4 kader kami yang mengalami luka atas tindakan represif kepolisian dan juga OPD yang ada," kata Ketua PC PMII Tuban, Abid Rohman saat konferensi pers.

Ia menjelaskan, kader yang ikut unjuk rasa mendapat pemukulan, penganiayaan dan tindakan kekerasan lainnya.

Dengan adanya kejadian tersebut, pihaknya beserta seluruh kader menuntut pertanggungjawaban dari pihak kepolisian maupun OPD Pemkab.

"Kami akan menuntaskan permasalahan ini dan kami akan menuntut atas kekerasan pada aksi kali ini," pungkasnya.

Hingga aksi berakhir bentrok, mahasiswa tak juga dapat bertemu bupati.

Sebelumnya diberitakan, beberapa demonstran mengalami tindak kekerasan.

Salah satu kader PMII, F (22), mengaku mendapatkan perlakuan yang tidak sopan dari anggota polisi.

Ia mengaku disentuh di bagian terlarangnya oleh polisi yang mengamankan aksi tersebut.

"Untuk luka saya tidak masalah meskipun saya diseret, tapi ada seorang anggota polisi laki-laki yang jelas-jelas memegang bagian terlarang menggunakan tangan," ujarnya sambil menangis histeris.

Kader perempuan PMII itu menjelaskan, bahwa juga ada anggota polisi lain yang sudah melarang untuk memegang perempuan.

Namun ada salah satu anggota yang masih saja menarik dan menyentuh bagian dada dan menarik.

"Saya sangat menyayangkan tindakan anggota yang seperti itu, baju dan jilbab saya terbuka saat diseret," bebernya.

Mahasiswa lain juga menyatakan sama jika mendapat kekerasan dari kepolisian yang mengamankan aksi.

"Saya dibanting dikeroyok oleh polisi," ungkap peserta aksi lain sambil menunjukkan bagian tubuh yang sakit.

Sementara itu, Kapolres Tuban, AKBP Suryono, menyatakan kalau demo berujung tindakan anarkis akan ditertibkan.

Pihaknya juga sudah menjembatani aksi antara mahasiswa dengan bupati.

Terkait adanya informasi laporan kekerasan yang dialami mahasiswa, mungkin karena terjadi aksi saling dorong.

"Tidak ada tindakan represif oleh anggota, yang mau lapor ke propam polda silahkan," pungkasnya.(nok)

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved