Berita Malang Hari Ini

Tim Mahasiswa UMM Kembangkan Alat Deteksi Air Membantu Petambak Udang

Nur Rosyidatul Hasanah dan tim mahasiswa Prodi Akuakultur UMM menciptakan alat deteksi kualitas air budidaya udang

Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: rahadian bagus priambodo
suryamalang.com/sylvi
tim mahasiswa Program Studi (Prodi) Akuakultur Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Mereka menciptakan alat deteksi kualitas air budidaya udang dan diberi nama Emergency Alert System (EAS) memiliki enam sensor yang terintegrasi dengan internet. 

SURYAMALANG.COM,MALANG-Nur Rosyidatul Hasanah dan tim mahasiswa Program Studi (Prodi) Akuakultur Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Mereka menciptakan alat deteksi kualitas air budidaya udang dan diberi nama Emergency Alert System (EAS) memiliki enam sensor yang terintegrasi dengan internet. Oci, panggilannya, mengatakan bahwa alat ini dikembangkan untuk memudahkan petambak udang. 


Utamanya dalam mengecek kualitas air tanpa harus datang langsung ke tempat budidaya. “Karena alat ini terintegrasi dengan ponsel, jadinya mereka tidak perlu datang ke lokasi untuk mengecek kualitas air. Mereka cukup menggunakan gawai di mana saja dan kapan saja,” papar Oci, Rabu (8/11/2023) dalam rilis humas UMM. Dikatakan, EAS memiliki perbedaan sensor dengan alat yang sudah ada. 


"Jika alat yang biasa digunakan hanya memiliki satu sensor, EAS memiliki enam sensor sekaligus. Dengan begitu bisa semakin memudahkan para petambak. Sensor pada EAS bertindak dengan melakukan pengecekan pada air tambak kemudian data yang didapat akan ditampilkan pada aplikasi yang terintegrasi dengan ponsel," jawabnya.


Semua aspek sensor yang terdapat pada EAS didasarkan pada Standar Nasional Indonesia (SNI) 8313.1-2016. Meliputi suhu normal pada tambak udang berkisar 23-30 derajat celcius, salinitas atau tingkat keasinan berkisar 23-30 ppt, kadar amonia 0,02-0,06, pH air sebesar 7,8-8,5, total padatan terlarut (TDS) 352-5,5 ppm dan kadar oksigen berkisar 4,84-5,5.


Proses pembuatan EAS selama selama empat bulan terhitung sejak Mei hingga Agustus. Ia menyebutkan jika pengembangan EAS mendapati banyak kendala. Seperti ketidakcocokan antara kondisi kualitas air sebenarnya dengan data yang ditampilkan pada ponsel. “Jadi saat proses uji coba, data yang ditampilkan pada ponsel memiliki hasil yang berbeda dengan hasil pengecekan oleh alat lain. Ini membuat kami harus memutar otak mencari solusinya,” kata Oci.


Adapun ara kerja EAS yakni dengan mendeteksi kualitas air pada tambak udang. Ia berharap EAS dapat berguna bagi petambak rakyat sehingga tidak perlu terjun langsung ke tambaknya. Sehingga mereka memiliki efektivitas waktu yang bisa digunakan untuk hal lain.

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved