Berita Malang Hari Ini

Dosen Psikologi UMM: Tiap Generasi Memiliki Kesulitan Sendiri Menjalani Hidup Inbox

Menurut dosen Psikologi UMM, Alifah Nabilah Masturah SPsi MA, hidup di tengah perkembangan zaman yang serba modern ini memang penuh tantangan

Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: rahadian bagus priambodo
dok.ist
Dosen Psikologi UMM, Alifah Nabilah Masturah SPsi MA 

SURYAMALANG.COM,MALANG-Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Banyak anggapan generasi milenial dan Z adalah generasi yang mudah rapuh dan rentan terkena gangguan mental. Menurut pandangan dosen Psikologi UMM, Alifah Nabilah Masturah SPsi MA, hidup di tengah perkembangan zaman yang serba modern ini memang penuh tantangan.

"Namun kita tidak bisa langsung menilai bahwa generasi milenial dan generasi Z adalah generasi yang lemah," kata Alifah, Kamis (7/12/2023). Dikatakan, tiap generasi memiliki kesulitannya masing masing dalam menjalani hidup. Bagi kaum milenial dan gen Z, hidup dengan kondisi teknologi yang pesat adalah salah satu tantangannya. Dimana mereka kerap dihadapkan pada kehidupan yang seolah-olah nyata, padahal itu hanya dunia maya.

Semua sibuk mengunggah pencapaian dan kesuksesannya di media sosial. Tanpa sadar, hal itu membuat mereka sering membandingkan hidup dengan orang lain. Bahkan tak jarang membuat mereka merasa insecure/tidak nyaman. Dalam sudut pandang psikologi, kondisi ini akan sangat berbahaya. Bukan tidak mungkin juga mengganggu kesehatan mental.

“Kesehatan mental itu erat kaitannya dengan sejahtera atau wellbeing yang turunannya adalah menerima, bersyukur, juga iklas,” ujar dia. Dan yang paling penting dalam mental health menurutnya adalah bisa menerima diri. "Memahami bahwa di dunia, ada beberapa hal yang memang tidak bisa dikontrol," sebutnya. 

Maka setiap diri memiliki kemampuan untuk memberikan batasan atas apapun. Demi menjaga kesehatan mental, seseorang berhak menarik diri dan bersikap cuek pada hal-hal yang memang menggangu tujuan hidup. Dijelaskan, kesehatan mental adalah kunci bahagia hidup. Menerima diri, kontroling emosi, hidup di lingkungan yang positif, bijak bersosial media dan tidak banyak membandingkan hidup dengan orang lain menjadi ‘keahlian’ yang perlu dikuasai seseorang.

Kalau sudah merasa mental kita rapuh bahkan mengarah ke stres yang berlebihan, ia menyarankan untuk puasa sosial media. Dikatakan, puasa sosial media merupakan salah satu terapi psikologis yang sudah  teruji dapat mengembalikan semangat serta kekuatan diri seseorang. Puasa media sosial merupakan upaya kongkret dalam menjaga kesehatan mental di tengah perkembangan teknologi. Sylvianita Widyawati

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved