Berita Blitar Hari Ini

Keripik Pepaya Olahan Ibu Rumah Tangga di Kota Blitar Laris Manis, Mulai Tembus Pasar Luar Negeri

Samsiyah bisa memproduksi sekitar 20 kilogram keripik pepaya dalam sehari. Produknya bahkan sudah mulai menembus pasar luar kota dan luar negeri

Penulis: Samsul Hadi | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM/Samsul Hadi
Seorang ibu rumah tangga yang membantu produksi menunjukkan produk keripik pepaya di rumah Samsiyah, Kelurahan Gedog, Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar, Jumat (26/1/2024).  

SURYAMALANG.COM , BLITAR - Produk olahan keripik pepaya warga Sananwetan, Kota Blitar secara perlahan tapi pasti kini mulai mendapatkan pasar dan pelanggan. 

Adalah Samsiyah (52), ibu rumah tangga asal RT 4 RW 8 Kelurahan Gedog, Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar, yang kini mulai menuai hasil dari usahanya mengolah buah pepaya muda menjadi jajanan keripik.

Produk olahan keripik pepaya milik ibu tiga anak, itu kini laris di pasaran.

Dalam sehari, Samsiyah bisa memproduksi sekitar 20 kilogram keripik pepaya.

Produk keripik pepayanya bahkan sudah mulai menembus pasar luar kota hingga luar negeri.

Sejumlah perempuan terlihat sedang sibuk memproduksi keripik pepaya di dapur milik Samsiyah, Jumat (26/1/2024).

Sebagian orang sedang mengupas dan merajang pepaya muda.

Pepaya yang sudah dalam bentuk rajangan kecil-kecil itu kemudian dicuci.

Rajangan pepaya yang sudah dicuci bersih itu kemudian direbus sekitar lima menit.

Saat proses perebusan, biasanya dicampur sedikit gamping (kapur) untuk menghilangkan getah pepaya.

Usai direbus, rajangan pepaya dijemur di tempat terbuka hingga kering. Proses penjemuran tergantung cuaca.

"Kalau cuaca panas, dalam sehari sudah kering, sudah jadi krecek," kata Samsiyah yang juga ikut membantu memproduksi keripik pepaya di rumahnya.

Rajangan pepaya yang sudah kering itu direbus kembali.

Selanjutnya, rajangan pepaya digoreng menjadi keripik.

Keripik pepaya produksi Samsiyah sekilas mirip kripik usus.

Tapi, rasa keripik pepaya justru mirip rasa keripik jamur.

Selain renyah, rasa keripik pepaya juga gurih.

"Sebelum digoreng, kami beri bumbu dan tepung dulu. Pepaya kami timbang agar takaran bumbunya pas," ujarnya.

Samsiyah mulai memproduksi keripik pepaya sekitar dua tahun ini.

Awalnya, ia bersama para ibu rumah tangga di lingkungannya mengikuti pelatihan pembuatan keripik pepaya dari program RT Keren.

RT Keren merupakan program bantuan dana Rp 50 juta per tahun per RT dari Pemkot Blitar.

Dana RT Keren itu digunakan untuk pembangunan fisik dan pemberdayaan masyarakat.

"Kebetulan RT kami mendapat pelatihan pembuatan keripik pepaya. Dari pelatihan itu, saya melanjutkan produksi keripik pepaya sampai sekarang," kata Samsiyah juga pernah membuka usaha produksi dodol dan mie pangsit itu.

Produksi keripik pepaya milik Samsiyah awalnya hanya sedikit. Pemasarannya juga masih terbatas kepada teman, tempat wisata dan beberapa perkantoran.

Semakin lama, usaha keripik pepaya milik Samsiyah berkembang.

Pesanan keripik pepaya semakin banyak, tidak hanya dalam kota tapi juga ke luar Kota Blitar.

Samsiyah pernah melayani pesanan keripik pepaya dari luar kota mulai Banyuwangi, Jember, Jakarta, Bekasi, Lumajang hingga Cirebon.

"Saya juga pernah dua kali kirim pesanan keripik pepaya ke Hongkong," ujarnya.

Sekarang, produksi keripik milik Samsiyah tidak hanya keripik pepaya. Ia juga mengembangkan produksi keripik nangka, keripik pare, keripik salak dan rambak pisang. Tapi, produksi utamanya tetap keripik pepaya.

Samsiyah juga memberdayakan para ibu rumah tangga di lingkungannya untuk memproduksi jajanan keripik pepaya.

Ketika pesanan ramai, Samsiyah kadang dibantu oleh 10 sampai 15 orang untuk memproduksi keripik pepaya.

Tak hanya itu, para tetangga yang masih memiliki lahan sisa juga bisa menanam pohon pepaya.

Samsiyah akan membeli buah pepaya dari para tetangga untuk bahan memproduksi keripik.

Dengan begitu, pemberdayaan ekonomi masyarakat di sekitar tempat tinggal Samsiyah ikut bergerak dengan produksi keripik pepaya.

"Bahan (pepaya) di sekitar lingkungan masih banyak. Para tetangga banyak yang menanam pohon pepaya. Selama bahan pepaya di tetangga masih ada, saya tidak beli di luar," katanya.

Samsiyah menjual keripik pepaya dengan harga Rp 85.000 per kilogram. Kini, dalam sehari, ia bisa memproduksi sekitar 20 kilogram keripik pepaya.

"Kalau omzet rata-rata masih sekitar Rp 10 juta per bulan. Tapi, bagi saya, yang penting usaha jalan dan berdampak secara ekonomi untuk warga sekitar ," katanya. 


 

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved