Berita Blitar hari Ini
Langgar Gantung di Kota Blitar Baru Sekali Renovasi, Kayu dan Anyaman Bambu Tetap Dipertahankan
Konstruksi Langgar Gantung kombinasi kayu dan bambu dengan gaya arsitektur rumah Jawa model atap limasan.
Penulis: Samsul Hadi | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM , BLITAR - Musala Annur atau terkenal dengan sebutan Langgar Gantung yang usianya hampir 2 abad ternyata baru sekali menjalani renovasi.
Meski demikiancirikhas Langgar Gantung yang bahan utama bangunannya dari kayu dan anyaman bambu tetap dipertahankan hingga saat ini.
Baca juga: Kisah Langgar Gantung di Kota Blitar Berusia 2 Abad, Peninggalan Prajurit Pangeran Diponegoro
Langgar Gantung didirikan Mbah Irodikoro sekitar 1825 atau pada masa perang Diponegoro (1825-1830).
Saat ini, usia Langgar Gantung 199 tahun atau hampir dua abad. Namun, bangunan Langgar Gantung masih berdiri kokoh dan masih difungsikan sebagai tempat ibadah di Kelurahan Plosokerep.
Konstruksi Langgar Gantung kombinasi kayu dan bambu dengan gaya arsitektur rumah Jawa model atap limasan.
Konstruksi pilar dan lantai Langgar Gantung berbahan kayu. Sedang dinding dan plafon terbuat dari anyaman bambu.
Pintu masuk Langgar model kupu tarung yang di samping kanan kirinya ditambah jendela semi terbuka.
Terdapat teras atau serambi di bagian muka Langgar.

Di bagian tempat imam salat terdapat ornamen ukiran kayu. Di kanan kiri tempat imam salat juga terdapat ornamen ukiran kayu.
Terdapat empat jendela ukuran lumayan lebar yang posisinya dua di sisi kiri dan dua di sisi kanan yang membuat udara di dalam Langgar tetap sejuk meski tanpa kipas angin.
"Dulu, kayu untuk bangunan Langgar ini semua dari kayu jati. Ukiran di tempat imam juga mendatangkan langsung tukang ukir dari Jepara," kata Ketua Takmir Langgar Gantung, Isman Hadi.
Langgar Gantung juga dilengkapi sarana prasarana seperti bedug.
Bedug yang diletakkan di serambi Langgar itu usianya juga sama dengan usia bangunan Langgar.
"Bedug ini ada sejak Langgar berdiri. Sampai sekarang masih difungsikan. Pernah sekali ganti kulit. Selain bedug sebenarnya juga ada kentongan, tapi sudah rusak dan disimpan di bawah Langgar," ujar Isman Hadi yang merupakan cucu mantu dari generasi kelima keturunan Irodikoro, pendiri Langgar Gantung.
Dulu, bedug dan kentongan ini dibunyikan sebagai sarana memanggil masyarakat datang ke Langgar untuk menunaikan salat jemaah. Karena, dulu belum ada pengeras suara.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.