Sosok Tito Pria Pengangguran Jadi Dokter Gadungan Vonis Hidup Pasien Sisa 2 Hari, Praktek 5 Tahun

Sosok Ingwy Tito pria pengangguran jadi dokter gadungan vonis hidup pasien sisa 2 hari, sudah buka praktek 5 tahun.

Instagram @cikarangdaily/Youtube KOMPASTV
Ingwy Tito pria pengangguran jadi dokter gadungan vonis hidup pasien sisa 2 hari, sudah buka praktek 5 tahun. 

Tak ayal, lima tahun menjadi dokter gadungan, Ingwy Tito Banyu sudah punya tiga orang karyawan yang bekerja di Klinik Pratama Keluarga Sehat.

"Saya sendiri," jelas Twedi.

Saat melayani pasien, menurut Kapolsek Cikarang Selatan Kompol Rudi Wiransyah, Ingwy Tito Banyu membuat resep dokter berdasar hasil pencarian di internet.

"Melalui searching internet," imbuh Rudi Wiransyah. 

Baca juga: Banyak Rumah Terbelah di Pulau Bawean, Luluh Lantak Akibat Gempa Berkali-kali Berjarak 30 Km

Artikel Kompas.com 'Polisi Tangkap Dokter Gadungan di Bekasi, Praktik sejak 2019'.

Baca juga: Perampokan dan Pembunuhan di Desa Mangliawan Kabupaten Malang, Adik-Kakak Meninggal dan Terluka

Meski bukan dokter yang bisa mendiagnosis penyakit, Ingwy Tito Banyu memutar otak agar kliniknya tetap didatangi pasien.

Ingwy Tito Banyu bahkan membohongi pasien dengan memberi vonis usia pasien sisa 2 hari lagi bila tak berobat kepadanya.

"Dia divonis dua hari meninggal kalau tidak berobat ke dia," jelas Rudi Wiransyah.

Pengakuan Pasien Korban Tito

Seorang ibu bernama Yuli (33) menceritakan pengalaman anaknya ditangani Ingwy Tito Bayu.

Yuli mengatakan, kala itu mendatangi Klinik Pratama Keluarga Sehat untuk menemani putranya berobat karena ada benjolan di dekat telinga.

"Pengalaman pernah (jadi korban), anak saya (diperiksa). Anak saya dulu sering bengkak di sininya (telinga), terus berobat di klinik pratama, katanya harus dibelek (bedah) tanpa dibius," jelas Yuli saat dikonfirmasi wartawan, Jumat (22/3/2024).

Yuli sempat berpikir pada saat itu kalau tindakan pembedahan yang dilakukan Tito di luar prosedur kesehatan.

Akan tetapi Yuli tetap melanjutkan pengobatan anaknya karena tidak ada pilihan lain pada saat itu sebab klinik Tito merupakan klinik terdekat dari rumahnya.

"Enggak sesuai prosedur seharusnya kalau pembelekkan itu kan harus ada pembiusan disuntik gitu, ini mah enggak, langsung. Bocahnya kejer (menangis)," imbuh Yuli.

Baca juga: BMKG Karangkates Berharap Gempa Tuban Tidak Berefek ke Zona Subduksi di Malang Selatan

Baca juga: Gempa Bumi di Tuban Terasa Hingga Kalimantan dan Jakarta, Tidak Berpotensi Tsunami

Halaman
123
Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved