Berita Magetan Hari Ini

Blusukan ke Kampung Madinah, Basis 25.000 Kaum Muhajirin di Desa Temboro, Magetan

Tidak hanya di Jawa Timur, Ponpes Al Fatah atau biasa disebut Pesantren Temboro ini menjadi pusat pengembangan ideologi Jamaah Tabligh terbesar se-As

|
Penulis: Febrianto Ramadani | Editor: Yuli A
febrianto ramadani
BASIS CALON PENDAKWAH - Masyarakat umum dan santriwati berburu takjil di kawasan yang kental dengan nuansa timur tengah di Jalan Madinah, Desa Temboro, Kecamatan Karas, Magetan, Minggu (24/3/2024). 

SURYAMALANG.COM, MAGETAN - Julukan Kampung Madinah sudah lekat dengan salah satu kawasan di Desa Temboro Kecamatan Karas, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. 

Penduduk asli desa itu kurang dari 10.000 jiwa namun wilayahnya sanggup menampung sekitar 25.000 muhajirin atau kaum pendatang yang mayoritas santri.

Mereka tersebar di beberapa pondok pesantren yang seluruhnya menjadi basis gerakan dakwah Islam. Nama populernya Jamaah Tabligh. Mereka sangat militan menjalankan ajaran Islam, termasuk dalam hal busana. 

Namun, Jamaah Tabligh cenderung apolitis sehingga sia-sia mencurigai mereka punya agenda politik  jalur formal maupun jalur kekerasan. 

Semangat keagamaan seperti itulah yang membuat Jamaah Tabligh di Desa Temboro semakin besar. Mereka membawa pengaruh besar di lingkungan desa itu. 

Jalan Madinah, Desa Temboro, Kecamatan Karas, Magetan, Minggu (24/3/2024).
Suasana Jalan Madinah, Desa Temboro, Kecamatan Karas, Magetan, Minggu (24/3/2024).

Saat Ramadan seperti ini, nuansa Timur Tengah menjadi lebih kental lagi di Kampung Madinah.

Lokasi tersebut dekat dengan Pondok Pesantren Al Fatah yang tertua di Desa Temboro.

Urusan takjil, di kawasan ini tersaji banyak sekali pedagang yang menarik minat bukan hanya kaum santri tetapi juga masyarakat umum.

Pedagang bernama Maya Saroh, misalnya, mengatakan, keramaian santri kerap terjadi jelang berbuka. Sedari dulu, mereka juga banyak yang membeli takjil untuk buka puasa.

Pedagang asal Desa Temboro yang sudah berjualan sejak 10 tahun tersebut menambahkan, meskipun antri namun tetap bisa diurai sehingga lalu lintas tetap berjalan lancar.

“Kendati para santri memang telah dijatah makan dari pondok pesantren, tapi banyak yang menyukai takjil,” ujar Maya, Minggu (24/3/2024).

Menurutnya, keramaian pembeli bisa dijumpai di sepanjang Jalan Madinah. Mulai dari pukul 16.00 WIB hingga menjelang Maghrib.

“Banyak pedagang di pinggir Jalan Madinah yang berasal dari luar Desa Temboro. Bukan hanya warga desa terdekat. Paling jauh ada yang dari Sarangan,” tuturnya.

Maya juga menambahkan, makanan yang dijual meliputi makanan lokal hingga makanan luar negeri atau khas timur tengah. Di antaranya gorengan, aneka sayur, lauk dan sate. 

Hal ini tak lepas dari banyak pedagang yang cenderung dari warga luar sehingga tersedia aneka jenis makanan yang dijual di sepanjang jalan tersebut. 

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved