Berita Viral

Kebahagiaan Guru Honorer Terima Gaji Sertifikasi Usai 7 Tahun Menunggu, Terharu Sampai Sujud Syukur

Beginilah momen kebahagiaan guru honorer terima gaji sertifikasi setelah menunggu selama 7 tahun lamanya. 

Penulis: Frida Anjani | Editor: Frida Anjani
tiktok
Kebahagiaan Guru Honorer Terima Gaji Sertifikasi Usai 7 Tahun Menunggu, Terharu Sampai Sujud Syukur 

Ina juga mempertanyakan tujuan orang tua atau wali murid melakukan tindakan tersebut.

Dari pendapat Ina, terkadang ada orang tua atau wali yang ingin merasa anaknya mendapatkan posisi 'aman' di dalam kelas.

Posisi “aman” yang dimaksud juga mempunyai motif yang beragam, seperti mendapatkan nilai yang baik, menaikkan nilai atau mengikutsertakan anak untuk lomba.

Jadi, orang tua atau wali nantinya akan bertindak membaik-baikkan tenaga pendidikan yang bertugas untuk memberikan nilai kepada anaknya.

“Selama ada tujuan seperti itu dari orang tua, mereka akan selalu menemukan kesempatan untuk melakukan hal tersebut, seperti hadiah untuk kenaikan kelas, hari raya, atau lainnya,” ujar Ina.

Postingan murid SD beri THR kepada guru
Postingan murid SD beri THR kepada guru (X/@tanyakanrl)

Artikel Kompas.com 'Ramai soal Murid SD Berikan THR untuk Wali Kelas, Ini Kata Pengamat Pendidikan'.

Apabila nantinya ada dinas terkait memberi hukuman karena viralnya video itu, Ina menilai hal tersebut tidak akan berdampak signifikan.

Hal-hal kecil semacam itu seharusnya dihilangkan secara bertahap, bukan langsung dihilangkan begitu saja.

“Ya memang kita tidak bisa menyangkal ya, kalau di Indonesia budaya memberi dan berterima kasih ini sangat kuat. Kalau langsung larangan bisa dianggap ekstrem di Indonesia,” terang Ina.

Terkait dengan kemungkinan alasan gaji guru yang rendah, Ina berpendapat asumsi tersebut juga kurang tepat.

Apabila ada masalah gaji yang kurang mencukupi, idealnya guru yang merasakan hal tersebut meminta kepada kepala sekolah untuk mengorganisir kegiatan secara bersama-sama.

“Misal ada guru honorer dengan gaji yang tidak layak dan orang tua siswa ingin berterima kasih karena ingin memberi lebih, kalau bisa diorganisir dan sifatnya bukan paksaan,” terang Ina. 

Kemudian Ina menerangkan masih ada solusi lain untuk mencegah adanya gratifikasi di lingkungan sekolah.

Ina mencontohkan sebagai ungkapan rasa terima kasih, mungkin sekolah bisa melakukannya secara kolektif dan tidak bersifat individu.

Nantinya, para siswa yang ingin memberikan, akan meletakkannya begitu saja di dalam kardus.

Apabila sumbangan tersebut berupa uang, siswa dapat diminta untuk memasukkannya ke dalam amplop tanpa nama.

“Kalau kolektif seperti ini jadi lebih baik, siapa saja mau menyumbang boleh. Dan itu nanti akan dibagikan secara merata ke para pendidik,” tutur Ina. 

Menurut Ina, solusi seperti ini lebih mengedepankan rasa berbagi karena tidak ada identitas (anonim) dan antar pendidik pun tidak ada rasa kecemburuan.

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved