Berita Malang Hari Ini

Dosen Universitas Muhammadiyah Malang Berbagi Kisah Mengenali Gejala PTSD dan Cara Penyembuhannya

Dosen Universitas Muhammadiyah Malang Berbagi Kisah Mengenali Gejala PTSD dan Cara Penyembuhannya

UMM
Uun Zulfiana MPsi, dosen Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). 

SURYAMALANG.COM, MALANG - Uun Zulfiana MPsi, psikolog yang juga dosen Psikologi Universitas Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengajak mengenali post-traumatic stress disorder (PTSD) pada korban kekerasan, baik seksual maupun lainnya.

PTSD adalah gangguan jiwa yang cukup ekstrim. Penyebabnya adalah rasa trauma yang besar, bukan hanya stressor atau problem kecil saja.

“Namun seseorang tidak bisa serta merta dikatakan menderita PTSD jika tidak sesuai dengan gejalanya dan mengalami secara konsisten selama satu bulan atau lebih,” ujar Uun, panggilan akrabnya, Jumat (6/6/2024).

Ada empat kategori gejala yang dialami oleh penderita PTSD yang akan muncul secara konsisten dan resisten minimal selama satu bulan atau lebih.

Pertama, intrusif. Yakni gejala yang berhubungan dengan ingatan dan pikiran yang traumatis tanpa disadari.

"Misalnya saat diam tiba-tiba teringat peristiwa buruk yang pernah dialami," kata Uun Zulfiana.

Yang kedua adalah penghindaran terhadap kognitif pikiran dan perilaku. Misalnya ketika ada keluarga atau orang terdekat yang mengalami kecelakaan sampai meninggal saat hujan dan menggunakan kendaraan tertentu.

Pada orang PTSD cenderung akan menghindari hujan dan kendaraan yang mirip seperti peristiwa tersebut.

Ketiga, adalah perubahan negatif dalam pikiran atau suasana hati. Orang dengan PTSD akan lebih mudah marah atau takut saat mengingat sesuatu. Bahkan ekstrimnya, mereka bisa menyalahkan diri sendiri.

Keempat, adalah perubahan gairah atau reaktivitas seperti sulit berkonsentrasi, respons kejut, kesulitan tidur dan sebagainya.

Menurutnya, gangguan jiwa seperti PTSD bisa muncul karena adanya penyebab yaitu kejadian traumatik."

"Baik yang dialami sendiri atau orang lain yang ia saksikan dan berdampak pada dirinya,” jelasnya.

PTSD bisa semakin parah jika ditambah dengan faktor resiko. Misalnya kurangnya dukungan sosial, sudah mempunyai riwayat trauma dan penyakit mental sebelumnya serta penggunaan zat aditif.

Menurutnya, jika sudah mengetahui penyebanya, maka langkah selanjutnya adalah melakukan intervensi atau pengobatan dengan melakukan psikoterapi ke psikiater melalui cara seperti Cognitive Behavioural Therapy (CBT).

Terapi ini tujuannya untuk mengubah pola pikirnya dan menerapkan pada perilaku. Bisa juga dengan terapi eksposur, yaitu terapi behavioral di mana subjek dihadapkan secara langsung atau bertahap dengan ketakutan dan trauma yang dialami.

Setelah pasien menerima pengobatan dan telah dinyatakan sebagai eks pasien, perlu dilalukan beberapa hal agar gejala tidak kambuh kembali.

Pertama, harus ada motivasi eksternal seperti supporting system orang terdekat yang paham dengan keadaan eks pasien.

Kedua, eks pasien harus melakukan latihan kewaspadaan, misalnya melatih kemampuan awareness terhadap dirinya saat merasa ketakutan atas traumanya. 

 

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved