Berita Malang Hari Ini

Budidaya Rumput Taman di Wajak Malang, Sekali Panen Omsetnya Jutaan Rupiah

Untuk penjualan rumput tak hanya lokal Malang saja, sudah ada pelangan dari luar daerah. Seperti dari Surabaya, Banyuwangi, dan Bondowoso

Penulis: Luluul Isnainiyah | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM/Lu'lu'ul Isnainiyah
Suhartono, pembudidaya rumput jenis gajah mini dan rumput jepang di Desa Kidangbang, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang, Minggu (9/6/2024) 

SURYAMALANG.COM, MALANG - Aktivitas menyiram rumput di pekarangan menjadi kegiatan sehari-hari yang dilakukan sebagian warga di Desa Kidangbang, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang.

Bukan hanya sekedar pekarangan atau halaman saja, rupanya rumput itu dibudidayakan untuk dijual.

Salah seorang warga yang membudiyakan rumput yakni Suhartono.

Saat ditemui di pekarangannya, ia tengah melayani pembeli.

Berbekal pisau tajam yang biasa disebut ‘tatah’, Suhartono mengambil rumput yang ada di tanah.

Rumput tersebut diambil sesuai permintaan pembeli.

Pada saat itu pembeli hanya membutuhkan 3 meter rumput. Sehingga tak banyak rumput yang harus ia ambil.

“Ini beli sedikit, sama orangnya biasanya buat taman di rumahnya saja,” kata pria berusia 55 tahun itu.

Suhartono, saat panen rumput hasil budidayanya di Desa Kidangbang, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang, Minggu (9/6/2024)
Suhartono, saat panen rumput hasil budidayanya di Desa Kidangbang, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang, Minggu (9/6/2024) (SURYAMALANG.COM/Lu'lu'ul Isnainiyah)

Ia mengatakan, sudah membudiyakan rumput sejak tahun 90’an.

Rumputnya berjenis gajah mini dan rumput jepang. 

Kedua jenis rumput ini memiliki perbedaan, yakni terletak di daunnya.

Untuk rumput gajah mini memiliki bentuk daun sedikit lebar.

Sedangkan rumput jepang lebih kecil dibanding gajah mini.

Menurutnya, untuk membudiayakan rumput ini tak semudah yang dilihat.

Memang untuk proses penanamannya mirip dengan cara menanam padi.

“Nanamnya ini ya seperti tanam padi. Bibitnya di sebar di tanah yang sudah bersih terus disiram dan dikasih pupuk kimia,” jelasnya.


Penyiraman air harus dilakukan setiap hari ketika rumput kering. Hal ini dilakukan apabila musim kemarau.

Apabila musi hujan Suhartono tak banyak memberikan air pada rumputnya.

Di sisi lain, pemberian pupuk juga rutin dilakukan. Pupuk ini diberikan dalam waktu dua minggu sekali.

Kemudian, perawatan lain yang harus dilakukan adalah menghilangkan rumput liar.

Proses penanaman hingga panen, membutuhkan waktu kisaran 2,5 bulan. 

Selanjutnya setelah rumput dipanen atau dicungkil dari tanah, maka akan membuat volume tanah berkurang. Oleh karena itu Suhartono harus mendatangkan tanah untuk pengurukan lahannya.

Jika dilihat, proses pembudidayaan rumput ini cukup rumit.

Namun, cuan dari menjual rumput itu nilainya mencapai jutaan rupiah.

“Ini saya jualnya per meter Rp 15 ribu,” sebut Suhartono.

Sedangkan lahan yang dimiliki Suhartono untuk budidaya rumput kurang lebih seluas 2 ribu meter persegi.

Bahkan ia menyebutkan, sekali panen dapat meraup pundi-pundi rupiah hingga Rp 18 juta untuk lahan seluas 2000 meter saja.

Untuk penjualannya tak hanya lokalan saja, melainkan ia sudah memiliki pelangan dari luar daerah. Seperti dari Surabaya, Banyuwangi, dan Bondowoso.

“Yang paling sering dari Surabaya, biasanya ke sini langsung bawa truk,” tandasnya.

Hingga saat ini, Suhartono telah mempekerjakan kurang lebih 20 orang.

Dirinya juga termasuk pembudidaya terbesar di desanya.

“Di sini banyak yang usaha seperti saya. Yang besar cuma empat orang termasuk saya,” tukasnya.(isn)

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved