Berita Malang Hari Ini

Pengamat Hubungan Internasional Universitas Brawijaya Malang Terkait Penembakan Capres Donald Trump

Peristiwa penembakan dapat mempengaruhi simpati atau pandangan masyarakat dunia yang sebelumnya memiliki pandangan negatif terhadap Donald Trump.

Penulis: Kukuh Kurniawan | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM/DOK. Pribadi
Dosen dan Peneliti di Departemen Politik, Pemerintahan dan Hubungan Internasional Universitas Brawijaya Malang, Adhi Cahya Fahadayna, S.Hub.Int., M.S. 

Pria yang akrab dipanggil Adhi ini juga mengungkapkan, bahwa bukan hal yang baru bagi Donald Trump menggunakan strategi populis saat berkampanye.

"Karena memang strategi inilah yang mampu dengan efektif, memobilisasi suara pada konteks elektoral AS yang sangat heterogen latar belakang pemilihnya. Dengan gagasan populis, memudahkan Trump memilih isu-isu yang bisa meningkatkan elektabilitasnya," jelasnya.

Namun menurutnya, ada dampak negatif dari strategi populis tersebut. Yaitu, adanya segmentasi yang terjadi di masyarakat.

"Akan ada dikotomi identitas di masyarakat, akibat strategi populis yang mengangkat narasi-narasi ofensif kepada kalangan tertentu. Dan tentunya tingkat diskriminasi berbasis SARA akan meningkat, jika strategi populis ini dilakukan Trump dengan menarget kaum minoritas atau imigran seperti yang dilakukannya pada pemilu sebelumnya," terangnya.

Saat disinggung apakah peristiwa penembakan ini dimungkinkan sebagai suatu hal yang disengaja sebagai upaya menaikkan elektabilitas Donald Trump, Ia mengungkapkan bahwa hal tersebut bukanlah sesuatu yang disengaja.

Dan ia juga menambahkan, bahwa ancaman keamanan terhadap Presiden Amerika Serikat memang sangatlah tinggi.

"Donald Trump bukanlah yang pertama mengalami ini. Jika kita bandingkan dengan negara lain, memang selalu ada kelompok ekstrim sejenis dengan sengaja melakukan tindakan semacam itu,"

"Hal ini juga pernah terjadi beberapa tahun silam di Jepang, dengan korban mendiang mantan Perdana Menteri Shinzo Abe. Ini artinya, kebijakan yang diambil oleh pemimpin negara terkadang bukan kebijakan populer, selalu ada pro dan kontra di masyrakat. Yang di mana di dalamnya, selalu ada kelompok ekstrimis dengan nekat menyebar teror melakukan hal-hal yang melanggar hukum dan menganggu stabilitas keamanan serta politik," tandasnya.

 

Sumber: Surya Malang
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved