Berita Tulugagung Hari Ini

Api Menjalar di Gunung Budheg Tulungagung, Ada Indikasi Sengaja Dibakar

Kecurigaan tertuju pada orang yang biasa mencari rumput. Mereka membakar rerumputan kering agar saat turun hujan langsung tumbuh tunas rumput baru.

Penulis: David Yohanes | Editor: Yuli A
david yohanes
Api berkobar membakar lereng Gunung Budheg sisi selatan pada Senin (19/8/2024) sekitar pukul 11.30 WIB hingga pukul 14.00 WIB. 

Kecurigaan tertuju pada orang yang biasa mencari rumput. Mereka membakar rerumputan kering agar saat turun hujan langsung tumbuh tunas rumput baru.

SURYAMALANG.COM, TULUNGAGUNG - Api berkobar membakar lereng Gunung Budheg sisi selatan pada Senin (19/8/2024) sekitar pukul 11.30 WIB hingga pukul 14.00 WIB.

 

Kebakaran hutan ini melanda area seluas sekitar 3 hektar di kawasan hutan lindung Gunung Budheg wilayah Dusun Kendit, Desa Tanggung, Kecamatan Campurdarat.

 

Kebakaran ini diduga disengaja bukan karena faktor alam.

 

Menurut Ketua Pokdarwis Gunung Budheg, Agus Utomo, titik kebakaran ada di atas makam Tumenggung Surontani, sedikit ke arah timur.

 

Agus meyakini munculnya api karena sengaja dibakar, karena ada warga yang terbiasa membakar hutan.

 

“Memang ada warga yang biasa membakar hutan. Ini kalau tidak dipermasalahkan, pasti akan merembet ke arah barat,” ujar Agus.

 

Agus memaparkan, kawasan itu ditanami pohon jati dan akasia yang sudah besar.

 

Pohon-pohonnya akan tahan dengan kobaran api yang membakar di bagian dasar hutan.

 

Namun kebakaran akan mengganggu satwa liar yang ada di kawasan ini, seperti landak, monyet dan aneka burung.

 

“Sepertinya untuk membakar kawasan barat sudah tidak berani, karena tahun lalu sudah ada yang diperiksa,” tambahnya.

 

Agus menggambarkan, dedaunan jati dan akasia kering cukup sulit dibakar.

 

Jenis daun dua tanaman ini tidak akan menyala besar jika hanya dengan puntung rokok.

 

Gesekan di alam pun tidak akan menimbulkan panas berlebih hingga memicu kobaran api.

 

Karena itu hal yang paling mungkin adalah, munculnya api karena sengaja dibakar.

 

“Harus ada akumulasi dedaunan lebih dulu lalu disulut. Setelah melebar sekitar 20 cm, ditinggal pasti merembet lebih luas lagi,” paparnya.

 

Dari pengalaman sebelumnya, pembakaran lahan kawasan hutan dilakukan tukang pencari rumput atau pemburu hewan liar yang sering disebut gladak.

 

Namun saat ini sudah tidak ada lagi gladak di Gunung Budheg sehingga kebakaran kecurigaan tertuju pada orang yang  biasa mencari rumput.

 

Mereka membakar rerumputan kering agar saat turun hujan langsung tumbuh tunas rumput baru.

 

“Motivasinya agar cepat tumbuh rumput baru, ngarit (cari rumput) jadi gampang,” ucap Agus.

 

Tahun 2023 Gunung Budheg terbakar 3 kali di tiga lokasi berbeda.

 

Api lebih dulu berkobar di sisi selatan, lokasinya di sebelah barat titik api saat ini.

 

Selang beberapa hari api berkobar di lereng utara, dan hampir bersamaan lereng selatan kembali terbakar.

 

Kebakaran lebih hebat terjadi di lereng barat yang langsung berbatasan dengan permukiman warga.

 

Saat itu api berkobar dengan area yang sangat luas, lebih dari 10 hektar. 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved