Berita Viral

Usaha Muiz Jam 3 Subuh Bangun Racik Cakue, Perjuangan Bocah Bantu Ibu Cari Nafkah dan Rawat 7 Adik

Kisah seorang bocah bernama Muiz bangun subuh demi racik cakue membuat banyak warganet terharu. 

Penulis: Frida Anjani | Editor: Frida Anjani
Tribunnews
Usaha Muiz Jam 3 Subuh Bangun Racik Cakue, Perjuangan Bocah Bantu Ibu Cari Nafkah dan Rawat 7 Adik 

SURYAMALANG.COM - Kisah seorang bocah bernama Muiz bangun subuh demi racik cakue membuat banyak warganet terharu. 

Muiz sengaja bantu sang ibu cari nafkah sekaligus merawat 7 adiknya. 

Sosok bocah bernama Muiz ini berasal dari Garut

Setiap harinya, Muiz bangun jam tiga pagi untuk meracik cakue.

Viral kisah seorang bocah bernama Muizatul Halim (12) asal Garut yang berjuang keras membantu kedua orangtuanya untuk menghidupi dan merawat 7 orang adiknya. 

Kisahnya pertama kali dibagikan oleh seorang konten kreator asal Garut bernama Sri Pujawati (28) atau Desrigemoy di akun Tiktoknya, hingga didatangi YouTuber Ncepbilal.

Muiz merupakan warga Kampung Siderang Datar, Desa Cintanagara, Kecamatan Cigedug, Kabupaten Garut, Jawa Barat. 

Muiz yang masih duduk di bangku kelas enam sekolah dasar rela menghabiskan masa kecilnya dengan berjualan cakue demi membantu kebutuhan sehari-hari kedua orangtuanya. 

Tribun Jabar/ Sidqi Al Ghifari Muiz (12) yang masih duduk di bangku kelas 6
Muiz (12) yang masih duduk di bangku kelas 6 sekolah dasar rela menghabiskan masa kecilnya dengan berjualan cakue demi membantu kebutuhan sehari-hari di Garut.

Bahkan, ia rela bangun dini hari untuk meracik adonan cakue yang nantinya akan ia jual di sekolahnya sebelum masuk kelas. 

"Jam tiga subuh Muiz memang sudah bangun, membantu saya membuat adonan cakue, sampai subuh baru digoreng dan disiapkan untuk dijual," ujar Erin (35) ibunda dari Muiz saat ditemui Tribunjabar.id (Grup Suryamalang.com) di kediamannya, Minggu (24/11/2024).

Ia menuturkan, cakue buatan anaknya itu dijual seribu rupiah per 10 buah. Uang hasil dari jualan itu kemudian dipakai untuk kebutuhan sehari-hari termasuk untuk menghidupi adik-adik Muiz.

Jika cakuenya tidak habis ungkap Erin, maka anaknya itu akan kembali berjualan di sekolah agama sepulang dari sekolah dasar. 

"Bapaknya Muiz memang pulangnya tiga atau empat bulan sekali, pekerjaannya melaut, kalau pulang ada bekal ya di awet-awet saja," ungkapnya. 

Rumah Muiz dibangun dengan bangunan bambu, tidak ada wc di dalamnya. Dapur dan ruang tengah menyatu. 

Di sisi lain terdapat satu kamar berhadapan dengan dapur. Dari keterangan Erin, anak-anaknya setiap malam harus tidur di kamar dan berbagi tempat di ruang tengah. 

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved