Berita Kampus Malang

Menembus Batas Keterbatasan: Wisudawan FIA UB Raih Predikat Cumlaude

"Semua bisa kuliah sambil bekerja" Kalimat itulah yang terus terngiang di benak Sherly Chaprillaputri, mahasiswi FIA UB meraih predikat cumlaude.

Editor: iksan fauzi
SURYAMALANG.COM/ISTIMEWA/UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Mahasiswi Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) Sherly Chaprillaputri dan mahasiswi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Melanie Eirene Ohee. 

SURYAMALANG.COM - "Semua bisa kuliah sambil bekerja" Kalimat itulah yang terus terngiang di benak Sherly Chaprillaputri, pesan dari almarhum ibunya lima tahun silam.

Pesan itu menjadi penyemangat Sherly untuk terus berjuang, meskipun sempat lima kali gagal masuk perguruan tinggi.

Sherly, yang menunda kuliah selama satu tahun, akhirnya berhasil diterima melalui jalur SBMPTN pada tahun 2020 di Program Studi Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu Administrasi (FIA), Universitas Brawijaya (UB).

Namun, kebahagiaan tersebut sempat terganjal ketika ia mengetahui jumlah Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang harus dibayarkan.

"Saya kaget melihat besaran UKT. Orang tua saya sudah tidak ada, dan saya tidak mungkin meminta bantuan kepada kakak, tante, atau om yang selama ini sudah merawat saya," ungkap Sherly.

Berbekal tekad yang kuat, Sherly mencari berbagai informasi terkait beasiswa.

Ia menggali informasi melalui situs resmi UB, bertanya kepada kakak tingkat, serta memantau media sosial.

Usahanya pun membuahkan hasil.

Pada semester kedua, ia berhasil menjadi penerima beasiswa Kartu Indonesia Pintar
(KIP).

"Dengan beasiswa itu, saya semakin yakin untuk menetapkan prioritas: kuliah dan bekerja. Kalau tidak bekerja, saya tidak punya uang. Kalau tidak serius kuliah, saya tidak menghargai pemerintah yang sudah memberikan beasiswa," katanya.

Untuk memenuhi kebutuhan, Sherly bekerja sebagai pengajar les privat. 

Ia membagi waktunya secara disiplin, fokus bekerja di luar jam kuliah dan mengutamakan studi saat berada di kampus.

“Fleksibilitas menjadi kunci. Memang ada waktu bermain yang harus saya korbankan, tetapi
Alhamdulillah semuanya bisa saya lalui hingga selesai,” tambahnya.

Kerja keras tersebut berbuah manis. Sherly berhasil lulus dalam waktu 3 tahun 10 bulan dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,92.

Ia pun meraih predikat cum laude.

Namun, perjuangan Sherly belum berakhir. Ia masih memiliki dua impian besar yang ingin dicapai.

Pertama, menjadi sosok yang mampu menginspirasi anak-anak agar tidak menyerah mengejar mimpi, meski dalam keterbatasan.

“Tidak ada yang tidak mungkin. Selama kita berusaha dan tidak menyerah, semua mimpi bisa dicapai,” ujarnya.

Impian kedua adalah menjadi dosen di perguruan tinggi.

“Saya berharap suatu saat bisa menjadi tenaga pendidik dan berbagi ilmu kepada generasi mendatang,” tutupnya.

Perjalanan Sherly menjadi bukti bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk meraih mimpi, melainkan tantangan yang harus ditembus dengan tekad dan usaha.

Jarak Ribuan Kilo Tak Menghalangi Melanie untuk Kuliah

Melanie Eirene Ohee. Dia merupakan salah satu wisudawan dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya yang mengikuti prosesi wisuda periode X, Minggu (1/12/2024). 

Gadis asal Papua ini akhirnya bisa meraih salah satu mimpinya menjadi sarjana di bidang Ilmu Perikanan.

Ia berasal dari Sentani, distrik ibu kota Kabupaten Jayapura yang berada di pesisir pantai.

Banyak masyarakat di sana memiliki mata pencaharian sebagai nelayan.

Latar belakang ini lah yang mendorong  Melanie untuk menimba ilmu di bidang Perikanan.

“Di Papua kan memang banyak ikan, ingin kelola sumber daya disana,” ungkapnya.

Sejak sekolah di SMAN (Sekolah Menengah Atas Negeri) 1 Sentani ia memiliki keinginan untuk
wirausaha di bidang perikanan.

Keinginan itu semakin kuat ketika ia mengikuti bimbingan belajar selama setahun di Malang.

Selain itu, ada saudara yang memiliki usaha di bidang perikanan menguatkannya mencari kuliah di bidang yang sama walau ia belum tahu jurusan khusus yang harus diambil.

Di tengah kebingungannya, bimbingan belajar yang diikutinya setelah lulus SMA, melaksanakan
kunjungan kampus ke Universitas Brawijaya.

Ketertarikannya berawal dari melihat lingkungan kampus yang asri dan mengetahui UB salah satu kampus terbaik di Indonesia.

Melanie mendapati jika UB memiliki fakultas di bidang yang ia inginkan.

“Saya lihat ada jurusan Teknologi Hasil Perikanan, ternyata memang belajar bagaimana mengolah produk perikanan, memang pas dengan keinginan,” tutur mahasiswa angkatan 2019 ini.

Kisah saat Menjadi Mahasiswa

Melanie mengawali kuliahnya di UB dengan bimbingan belajar untuk persiapan kuliah.

Persiapan kuliah ini merupakan beasiswa yang didapatkannya sejak di Papua dan berlanjut hingga ia menyelesaikan kuliah.

Bukan hanya pembiayaan, yayasan Kaki Dian Emas sebagai pengelola donasi juga membekali
kesiapan mental menjadi mahasiswa.

Kesiapan mental untuk menghadapi kelas, tugas-tugas dan menajemen waktu.

Kesiapan ini sangat berharga karena sebagai mahasiswa eksak, ia harus terbiasa membuat laporan dan juga praktikum dari semester awal.

Selain itu, penyesuain kuliah ketika awal pandemi Covid-19 yang membuat perkuliahan dan praktikum harus diselenggarakan daring juga sempat membuatnya kewalahan.

Salah satu yang diceritakannya ketika terlambat memasukkan tugas di google classroom.

Namun, ia masih berasa beruntung karena tidak sampai mengulang mata kuliah karena dosennya membolehkan ia mengumpulkan tugas.

Dukungan dari dosen bagi Melanie juga menjadi alasan baginya menikmati kuliah di Malang yang jaraknya ribuan kilometer dari kampung halaman di Jayapura.

Ia menyampaikan respon positif dari dosen ketika ia mengatakan asal daerahnya menjadi penyemangat tersendiri.

Sehingga walaupun keluarganya jauh ia tidak merasa dikucilkan.

“Bahkan dosen saya, dia tahu saya dari Papua justru mendukung lah, bisa buat saya nyaman. Seperti waktu pertama kali perkenalan, dia tahu saya dari Papua, dia bilang kalau ada apa-apa lapor saya saja,” ungkapnya yang belum pernah pulang ke kampung halaman sejak awal pandemi.

Diungkapkannya, teman-teman mahasiswa juga saling mendukung tidak ada perlakuan yang membatasi atau rasis.

Bahkan ia menceritakan ritme kuliah yang sering praktikum hingga harus ke Laboratorium di
Probolinggo bersama teman-teman satu kelas membuat rasa kekeluargaan semakin kental.

Saat ini Melanie terus melanjutkan cita-citanya untuk meraih pendidikan setinggi-tingginya.

Sama dengan menjelang S1, ia juga tengah mengikuti persiapan untuk kuliah jenjang S2 di Bogor. (*)

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved