Tim Dosen FEB UB Malang Diseminasikan Strategi Kemitraan untuk Hilirisasi, Ambil Contoh di 3 Daerah

Tim Dosen FEB UB Diseminasikan Strategi Kemitraan untuk Hilirisasi, Ambil Contoh di Tiga Daerah

SURYAMALANG.COM/Sylvianita Widyawati
Tim peneliti dosen FEB Universitas Brawijaya menjelaskan hasil penelitian tentang strategi kemitraan untuk hilirisasi, Senin (30/12/2024). 

SURYAMALANG.COM, MALANG - Tim dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Brawijaya (UB) Malang mendeseminasikan hasil penelitian tentang strategi kemitraan untuk hilirisasi, Senin (30/12/2024).

Penelitian itu dilakukan tiga sampai empat bulan di tiga daerah hilirisasi, yaitu Kabupaten Gresik, Mempawah Kalimantan Barat dan Rempang, Batam. Menurut keterangan peneliti utama Hendi Subandi, ada enam dosen terlibat.

"Masing-masing daerah ada lima mahasiswa. Jadi ada 15 mahasiswa FEB kita libatkan untuk melakukan survei dan wawancara ke masing-masing daerah."

"Untuk kegiatan ini melibatkan 300 responden per wilayah. Jadi ada 900 responden di tiga wilayah itu agar data yang kita olah untuk melihat polanya itu dan hasil penelitiannya kredibel," jelas dosen ini.

Selain mengambil data ke masyarakat langsung dan perusahaan, juga tim melakukan FGD yang dihadiri stake holder dari perusahaan, pemda, akademisi dan beberapa tokoh masyarakat.

Sehingga diketahui gap-nya seperti apa, indentifikasi masalah apa dan model kemitraan yang diinginkan seperti apa. Alasan mengambil contoh hilirisasi di tiga daerah adalah yang sudah berjalan (Gresik), akan berjalan (Mempawah) dan masih desain di Rempang, Batam.

"Dari hasil yang kami dapatkan melalui berbagai metodologi yang ada, dari perusahaan smelter atau hilirisasi yang masih dalam perencanaan memang mengarah pada CSR eksplisit seperti pemberian bantuan-bantuan. Karena beranggapan bahwa kemitraan adalah ketika masyarakat mendapatkan sesuatu," kata Hendi.

Hal itu juga berlangsung di proses smelter atau perusahaan hilirisasi yang sudah dibangun tapi belum beroperasi. CSR diberikan secara eksplisit dan implisit dan untuk perdagangan umum. Perdagangan umum adalah masyarakat diberi modal dan berjualan. Namun masih ada yang mengharapkan bantuan secara langsung.

"Tapi di hilirisasi yang sudah establish, selain CSR juga membidik adanya rantai pasoknya. Misalkan untuk kateringnya. Butuh pembersih, sudah ada pemasok," contohnya menyebut salah satu hilirisasi mapan.

Dari temuan tim dosen, proses awal ketika belum terjadi kemitraannya harusnya melakukan pemahaman, kesadaran, memberikan edukasi pada masyarakat bahwa adanya hilirisasi tu penting dan berdampak pada mereka.

"Tapi setelah hilirasi ingin beroperasi, masyarakat akan berpikir bagaimana keberlanjutannya. Yaitu dampak ekonomi, sosial dengan pola kemitraan yang tepat. Maka perlu peran serta banyak pihak."

"Tak hanya perusahaan, tapi juga pemda seperti terkait insentif, regulasi di daerah itu juga perlu," katanya.

Begitu juga peran NGO dan pemda melakukan pendampingan bersama untuk edukasi. Misalkan pembuatan posko mengaji karena orang tua khawatir dampak hilirisasi.

Peran regulasi di pemda juga penting untuk melindungi masyarakat dan berdaya ekonominya. Misalkan melarang jaringan ritel modern masuk namun masyarakat yang akan berdiri sendiri.

"Ini contohnya yang di Rempang," katanya.

Halaman
12
Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved