DLH Kota Malang: Bau Tidak Sedap TPA Supiturang Muncul dari Kandang Ayam

Pemkot Malang klaim bau tidak sedap yang muncul di sekitar Tempat Pemrosesan Akhir Supiturang tidak muncul dari sampah, melainkan dari kandang ayam

Penulis: Benni Indo | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM/Purwanto
Ketua Komisi C DPRD Kota Malang, Anas Muttaqin (tengah), bersama para anggota Komisi C DPRD Kota Malang saat melakukan peninjauan TPA Supiturang Kota Malang, Rabu (22/1/2025). Para anggota Komisi C DPRD Kota Malang melakukan sidak TPA karena mendapat banyak masukan atau keluhan mengenai bau sampah. 

SURYAMALANG.COM, MALANG - Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang mengklaim, bau tidak sedap yang muncul di sekitar Tempat Pemrosesan Akhir Supiturang tidak muncul dari sampah, melainkan dari sebuah kandang ayam yang lokasinya berada dekat lokasi.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang, Noer Rahman Wijaya mengatakan kalau luas kandang ayam yang berada dekat TPA Supiturang itu sekitar 13 hektare. 

Rahman mengatakan, bau tidak sedap muncul dari kandang tersebut.

Terutama saat musim penghujan. Sementara sampah di TPA Supiturang diklaim tidak mengeluarkan bau yang menyengat. 

Rahman mengatakan, DLH telah bekerjasama dengan sebuah perusahaan untuk memproduksi bakteri.

Bakteri itu dapat mengurangi bau tidak sedap yang dihasilkan cairan sampah.

Dengan kondisi itu, Rahman cukup percaya diri bahwa bau yang menyengat bukanb erasal dari TPA Supiturang.

"Kami telah kerjasama dengan perusahaan untuk menghasilkan bakteri itu. Setiap hari kami tabur. Sekarang kita berada di TPA Supiturang, ada baunya tidak?" ujar Rahman saat diwawancarai di lokasi, Rabu (22/1/2025).

DLH Kota Malang tengah mengupayakan pendekatan ke pelaku usaha peternakan ayam.

Rahman menyadari tidak bisa menghentikan operasional atau usaha yang sedang dikerjakan oleh orang lain. Namun juga berharap ada solusi agar bau tidak sedap bisa diatasi.

Bau tidak sedap yang dirasakan warga sekitar sering menimbulkan munculnya lalat.

Serangga yang identik dengan sampah atau bau tidak sedap itu banyak mengerumuni rumah warga ketika musim penghujan.

Saat ditanya apakah bau ayam bisa memunculkan lalat, Rahman mengatakan belum melakukan kajian mengenai hal tersebut.

"Saya belum punya kajiannya berkait dengan di mana bau itu. Menurut pemahaman saya kalau bau yang menyengat, pastilah lalat akan datang," ungkapnya.

TPA Supiturang mengolah sampah poslandfil dengan luas hampir 26 hektare.

 Jumlah itu diperkirakan akan terus bertambah seiring meningkatnya volume sampah.

Upaya mencari tempat lain tengah dipikirkan.

Rahman juga mengatakan perlunya kesadaran dari masyarakat untuk memilah sampah sejak awal.

"Pola pikir masyarakat harus berubah. Sehebat apapun inovasi dan improvisasinya, banyaknya anggaran, persoalan terbesar ada di hulu yakni perilaku masyarakat," kata Rahman.

Arif Wahyudi, anggota Komisi C DPRD Kota Malang memiliki pendapat berbeda.

Menurutnya bau tidak sedap itu muncul dari TPA Supiturang.

Pasalnya, kondisi TPA Supiturang lebih dekat ke pemukiman warga daripada kandang ayam.

Arif mengingatkan agar DLH bisa melakukan pengelolaan yang baik terhadap sampah.

Ia juga mendorong agar dialog dengan warga bisa dibuka karena itu bisa menjadi sarana edukasi untuk mengubah pola pikir masyarakat seperti yang dikatakan Rahman. 

"Maka perlu dikelola dengan baik, termasuk dampaknya. Kalau saya lihat, lima sampai enam tahun lagi, kalau pengelolaannya seperti ini tidak akan cukup. Perlu sarana pendukung supaya bisa bertahan lama," paparnya.

Dito Arief Nurakhmadi, Wakil Ketua Komisi C DPRD Kota Malang juga mengingatkan agar DLH tidak sekadar fokus penyebab munculnya bau saja, tapi juga harus bisa memikirkan solusi ke depan. Jika hanya berbicara penyebabnya, tidak akan pernah ada solusi yang ditemukan.

"Kita harus bicara solusi, kalau bicara penyebabnya akan panjang dan lebar. salah satu yang disampaikan warga ingin difasilitasi terkait pertemuan. Itu bisa dilakukan," kata Dito.

Dito mengatakan, Komisi C telah berkunjung ke warga terdampak dan TPA Supiturang. Kunjungan itu bagian dari belanja masalah.

Dito memberikan catatan perlunya duduk bersama antara dua pemerintah daerah untuk mencari solusi yang tepat.

"Kami tetap mendukung program pengembangan TPA Supiturang, tapi dampaknya juga harus bisa diminimalisir," ujarnya. (Benni Indo/ADV)

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA
KOMENTAR

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved