Aslimin Penggerak Bedah Rumah Malang
Sosok Aslimin, Penggerak Bedah Rumah dari Wajak Malang, Titik Balik Perjuangan Anak Muda Miskin
Aslimin mampu menjalankan bedah rumah bagi warga miskin meskipun kondisi pribadinya secara ekonomi biasa-biasa saja, bukanlah orang kaya raya
Penulis: Imam Taufiq | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM, MALANG - Sosok pria bernama Aslimin, belakangan sering disebut-sebut oleh Bupati Malang, HM Sanusi.
Sosok Aslimin, pria berusia 36 tahun asal Desa Bambang, Kecamatan Wajak, itu adalah sosok yang mulai dikenal sebagai penggerak kegiatan bedah rumah warga Kabupaten Malang yang bergerak secara swadaya.
Sosok Aslimin, penampilannya apa adanya, gaya ngomongnya ceplas-ceplos.
Sepintas, jika tak kenal, orang akan takut untuk berkenalan karena wajahnya sangar, dengan jambang dibiarkan panjang.
Namun, di balik wajah sangarnya, Aslimin cukup asyik kalau diajak ngobrol.
Pria berpendidikan pesantren, dengan tempaan guru spiritualnya, almarhum Ahmad Zubaida itu, bisa bikin Bupati HM Sanusi MM, kesengsem.
Sebab, ia bukanlah pengusaha kaya raya namun jiwa filantropisnya bisa bikin iri orang kaya di Kecamatan Wajak untuk tergerak dan bergabung.
Keinginan yang kuat untuk menolong orang miskin, seperti dimudahkan jalannya oleh Tuhan.
Kini, ia sudah melakukan banyak bedah rumah, terutama belasan rumah reyot, bahkan mau ambruk, sudah berhasil diperbaiki.
Akhirnya, sosok Aslimin, kini seringkali disebut namanya oleh Bupati Sanusi, setiap bercerita sosok orang baik yang menginspirasi itu.
Seperti saat Bupati Sanusi menerima rombongan Kades, Minggu (2/2/2025 pagi, Sanusi menceritakan sosok Aslimin, yang mampu jadi tokoh penggerak bedah rumah.
"Hebat anak ini. Ada sekitar 20 rumah yang sudah dibangun Mulai bedah rumah dengan biayanya sendiri, dan urunan dengan warga lainya," tutur Sanusi, Minggu (2/2/2025).
Yang bikin Sanusi kagum adalah, Aslimin bersedia dan mampu menjalankan bedah rumah bagi warga miskin meskipun kondisi pribadinya secara ekonomi biasa-biasa saja, bukanlah orang yang kaya raya.
Ia memang punya usaha pengergajian kayu, usahanya itu pun untuk memperkuat perjuangannya buat warga yang perlu dibantu.
Tak heran jika saat ini Aslimin sering dilibatkan oleh Bupati Sanusi untuk dijadikan sosok yang menginspiring banyak orang, agar tergerak untuk punya jiwa filantropis atau kepedulian terhadap orang yang membutuhkan uluran tangan.
"Kalau banyak Kades ya kaya karena jadi interpreneur atau punya usaha lain yang sukses, maka bisa meniru Aslimin. Nggak menunggu bantuan pemerintah tapi sudah bisa mengatasi urusan warganya sendiri," ujar Sanusi.
Aslimin dipanggil Sanusi ke rumah dinasnya pada Sabtu (1/2/2025) pagi.
Jauh sebelumnya, Bupati Sanusi, juga sudah dibikin geleng-geleng kepala saat menyambangi rumah Aslimin.
Sebab, saat itu rumahnya belum berlantai keramik, namun di halaman depan rumahnya sudah berdiri masjid kecil yang bagus, buat salat jamaah warga sekitarnya.
"Saat ini, dia itu jadi penggerak banyak orang untuk diajak gabung menyisakan rezekinya buat melakukan bedah rumah. Dan, banyak warga yang tergerak, karena apa yang ia lakukan sudah terbukti," tutur Sanusi.
Sementara, Aslimin sendiri mengaku apa yang dilakukan itu karena dirinya sendiri adalah anak muda yang miskin.
Ia mengaku tumbuh sebagai anak yatim piatu, hingga sampai jadi pencari barang bekas di usia mudanya, dengan keliling dari kampung ke kampung.
Tanpa malu, di saat teman-teman seusianya menikmati usia mudanya, ia sudah bermandi peluh, untuk mengayuh sepeda pancalnya, dengan mencari rongsokan.
Namun, di balik hidupnya yang susah itu, ia bersyukur karena punya kiai, yang sekaligus seperti orangtuanya. Yakni, Ahmad Zubaidah, pemilik Padepokan Sawung Nalar, yang ada di Desa Patok Picis, Kecamatan Wajak.
"Almarhum, Cak Ida, yang menempah hidup saya, hingga saya bisa seperti ini," tutur bapak tiga anak dari perkawinannya dengan Ny Fatimah.
Apa pesan Cak Ida?
"Katanya, Min (Aslimin) apapun profesimu, kamu punya atau nggak punya, kamu harus jadi orang itu yang "Khoirunnas Anfauhum Linnas" (harus bermanfaat buat orang lain)," ujar Aslimin menirukan pesan gurunya sambil pandangannya menerawang ke atas.
Kebetulan juga, Cak Ida gurunya itu dulu juga punya kebiasaan suka bedah rumah.
"Min (Aslimin), yang nyumbang masjid itu biasanya sudah banyak, namun yang peduli dengan rumahnya orang nggak punya itu biasanya jarang. Saat almarhum bedah rumah dulu atau tahun 2005 an, saya baru mampu menyumbang semen atau pasir karena masih kerja mencari rongsokan, sehingga kebiasaan itu seperti mendarah daging hingga sekarang," tambahnya.
Aslimin mengisahkan Titik Balik hidupnya , di mana kala itu dirinya curhat ke gurunya, kalau kepingin umrah namun belum punya apa-apa atau sekadar buat makan saja masih pontang-panting.
Oleh almarhum kiainya, ia disarankan beralih pekerjaan ke bidang perkayuan.
Karena belum punya gambaran, ia berjualan kayu bakar. Itu pun, tak begitu sukses.
Dua tahun kemudian, di tahun 2013, ia nekat menyewa lahan buat usaha pengergajian kayu, yang kayunya dibeli dari tegalan warga, mulai kayu Sengon, Mahoni.
Dari bekerja keluar-masuk kampung buat mencari barang bekas, beralih keluar-masuk tegalan, bahkan juga menelusuri hutan kampung, untuk mencari kayu.
Setahun kemudian, saran gurunya itu terbukti karena ia bisa umrah.
"Setelah itu, habis umrah, rezeki saya kian lancar hingga bisa beli tanah, yang kini jadi gudang usaha saya buat pengergajian kayu. Dan, alhamdulillah itu lah yang jadi titik balik ekonomi hidup saya," ungkapnya.
Kini setelah ia mampu rutin menjalankan beah rumah warga, ia selalu menemukan rasa yang berbeda.
Dari sekian bedah rumah itu, semuanya bikin Aslimin terenyuh, bahkan tak jarang sampai menangis.
Misalnya, rumah Ny Asfaroh (55), warga Dusun Klakah, Desa Patok Picis.
Rumahnya hampir ambruk, bahkan kalau hujan, siapapun yang ada di dalamnya pasti basah kuyup.
Sebab, Ny Asfaroh itu kondisinya tak bisa melihat sedang suaminya terkena stroke sehingga hidupnya bergantung ke saudaranya.
"Rata-rata kondisinya seperti itu semua, yang kami perbaiki. Juga, rumahnya Pak Tulus (50), warga Dusun Pandanrejo, Desa Bambang, kondisi juga sama. Bahkan, kalau hujan, anaknya, yang masih 4 tahun, disuruh sembunyi di bawah meja agar tak kehujanan," ujarnya.
Melihat banyak orang miskin yang rumahnya reyot dan mengenaskan, Aslimin bersama warga dan teman-temannya, yang kini tergabung pada Majelis PDIP (Paguyupan Dakwah Islamiyah) kian bersemangat.
Mereka ramai tergerak untuk menyumbang, bahkan ada lima orang di Majelis PDIP itu yang Rp 1 juta per orang itu.
Yang lainnya, bebas mau urunan berapa, bahkan satu sak semen pun, itu biasa. Sebab, bedah rumah itu, biayanya juga tak sedikit, kadang Rp 15 juta sampai Rp 38 juta per rumah.
"Namun, ada saja cerita di balik perjuangan ini. Misalnya, ada beberapa ibu muda yang berterima kasih karena suaminya sekarang ini jadi baik sejak rutin ikut bedah rumah. Suaminya, katanya, saat ini nggak suka kluyuran malam, seperti dulu, yang suka menghabiskan uang," pungkasnya.(fiq)
| Semangat Sumpah Pemuda di Balai Kota Malang, 200 Pelajar Bentangkan Bendera Raksasa Merah Putih |
|
|---|
| Inilah 10 Desa di Kabupaten Pasuruan Jawa Timur Dapat Dana Desa 2025 Tertinggi Capai Rp 2 M |
|
|---|
| Pemerintah Kota Batu dan DPR RI Dorong Pembangunan Penangkap Mata Air, PMA Untuk Masyarakat |
|
|---|
| Na Daehoon Pilih Umroh Bersama 3 Anaknya Saat Julia Prastini Minta Maaf Akui Sudah Selingkuh |
|
|---|
| BREAKING NEWS : Rute Bus Trans Jatim Kota Batu Berubah, Inilah Rute Terbaru Lewat Dau |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/suryamalang/foto/bank/originals/sosok-aslimin-Bedah-Rumah-Malang.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.