Dengan Puasa Ramadan, Seseorang dapat Mengatur Ritme Emosi
Umat Islam sudah sangat familiar dengan Al Quran surat Al-Baqarah ayat 183, firman Allah yang menjadi dasar hukum dalam melaksanakan ibadah puasa
Era media sosial (medsos), batas kehidupan sosial tanpa sekat, keterbukaan informasi yang tak terbendung, sebagai orang bertakwa harus bisa mengatur ritme emosi. Jika pada umumnya komunikasi lisan menjadi salah satu faktor penting dalam kehidupan sosial, sampai Nabi menyatakan bahwa keselamatan seseorang tergantung bagaimana pandai menjaga lisannya.
Maka pada era medsos, kepandaian menjaga tangan agar menggoreskan tulisannya dalam platform media, adalah keniscayaan yang tak terelakkan. Untuk mengatur kehidupan keterbukaan informasi, pemerintah telah mengaturnya dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2024 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transasksi Elektronik (ITE).
Berapa banyak orang terjerat tindak pidana karena menyinggung orang lain melalui tulisan di media. Mengupload gambar yang menimbulkan ketersinggungan orang lain, walau awalnya bermaksud gurau, tapi karena yang membaca dan melihat orang-orang dari latar belakang yang beragam, akibatnya gurauan menjadi alat bukti tindak pidana.
Orang yang bertakwa tidak boleh sembarangan bermedia di ruang publik, selektif dalam membaca setiap gejala sosial. Tidak reaktif dalam merespon hiruk pikuk tulisan, gambar, dan video yang mengarah pada “kejahatan sosial”.
Kemampuan mengendalikan emosi setiap orang tidak sama, para ahli tafsir memberikan penjelasan, bahwa menahan emosi itu sesuai kemampuan atau ukuran masing-masing orang (al-Kaafina ‘an imdla’ihi ma’a al-qudrat). Melampiaskan emosi harus sesuai keadaan, kepada apa dan siapa kita melampiaskan marahnya. Yang terbaik adalah tidak mudah marah, tapi perangai yang peramah menjadi pilihan hidupnya.
Mudah memaafkan kesalahan orang lain, juga menjadi bagian dari sifat-sifat orang yang bertakwa sebagaimana disebutkan dalam surat Ali ‘Imran ayat 134. Kalau kita disakiti orang lain, terbuka lebar menerima permintaan maaf atas kesalahan orang lain. Tidak suka menebar perbuatan salah yang dilakukan orang lain.
Dengan menutupi aib orang lain sebenarnya kita sedang menutup aib diri sendiri. Jika kita yang melakukan kesalahan (sengaja atau tidak) kepada orang lain, apa pun bentuknya, segeralah meminta maaf kepada orang yang telah disakiti perasaan jiwanya. Tidak menjadi rendah dan hina ketika seseorang mengajukan permintaan maaf terlebih dahulu. Bahkan dalam salah satu kalam hikmah disebutkan: barang siapa yang tawadlu’ (rendah hati) kepada orang lain, maka Allah akan mengangkat derajatnya yang lebih mulia.
Pluralitas kehidupan sosial memang sunatullah, tidak ada yang sama dalam kehidupan ini, perbedaan itulah sebenarnya keadilan dan kebesaran Tuhan dalam ciptaan-Nya. Seperti yang sering disampaikan oleh almarhum KH. Hasyim Muzadi dalam berbagai kesempatan, janganlah menyamakan yang berbeda-beda, dan jangan membeda-bedakan yang sama.
Ada karakter orang yang mudah tersinggung dan tidak mau minta maaf. Merasa tinggi diri dalam segala hal mengakibatkan seseorang tidak mudah, atau bahkan tidak mau meminta maaf sekaligus memaafkan kesalahan orang lain. Sekalipun kesalahan sejatinya ada pada orang yang merasa tinggi diri, tanpa dibarengi rendah hati, sehingga suka merendahkan orang lain.
Terhadap karakter orang seperti ini, kita disuruh sabar dan tetap memaafkan, walau “berat hati” untuk mengutarakan permaafannya. Puasa dapat menjadi perisai diri untuk menjadi orang yang pemaaf. Lagi-lagi ingat akan kalam hikmah, apalah arti menahan haus dan lapar dalam berpuasa, jika kita tidak mau menunjukkan sikap rendah hati, suka memaafkan kesalahan orang lain.
Kalau kita sudah berbuat baik sebagaimana ciri-ciri atau sifat orang yang bertakwa, berinfak dalam segala keadaan, mampu menahan emosi, mudah memaafkan kesalahan orang lain, dan sabar serta Ikhlas menghadapi berbagai ujian sosial, maka Allah akan menjadikan kita sebagai golongan orang-orang yang berbuat baik, dan pada akhirnya mendapatkan anugerah cinta kasih sayang dari Maha Cinta Kasih Sayang, Allah Yang Rahman dan Rahim.
Berbahagialah orang-orang yang pada bulan Ramadan memenuhi panggilan Allah, dengan firman: wahai orang-orang yang beriman. Seakan kita menjawabnya, ya kami memenuhi panggilan-Mu wahai Allah, kami berpuasa dengan segala niatnya, dengan segala keikhlasannya. Tapi kami mohon kepada Engkau Ya Allah, jadikanlah puasa kami sebagaimana tujuan puasa yang telah engkau janjikan, menjadi orang-orang yang bertakwa, mampu menjaga hubungan baik dengan Engkau dan mahluk-Nya.
Selamat menjalan ibadah puasa dan meramaikan Ramadhan yang penuh rahmah, berkah, dan ampunan.
Diduga Korsleting Listrik, Ponpes At Tanwir Bojonegoro Kebakaran |
![]() |
---|
Balita Usia 5 Bulan di Wajak Kabupaten Malang Menderita Hidrosefalus, Dibawa ke RSUD Kanjuruhan |
![]() |
---|
BREAKING NEWS: Kapal Bintang Sukses Mandiri 8 Asal Pekalongan Terdampar di Pantai Niyama Tulungagung |
![]() |
---|
Bupati Blitar Rijanto Mutasi 153 Pejabat di Lingkungan Pemkab Blitar |
![]() |
---|
Susul Thom Haye, Rumor Kencang Eliano Reijnders Tinggalkan Liga Belanda dan Gabung Persib Bandung |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.