Kisah Yuliana Bawa Jenazah Bayinya Naik Taksi Online, Pilu Tak Mampu Bayar Ambulans Rp 2,6 Juta

Kisah Yuliana seorang ibu bawa jenazah bayinya naik taksi online menjadi viral di media sosial. Tak mampu bayar ambulans RP 2,6 juta.

Penulis: Frida Anjani | Editor: Frida Anjani
Kolase Tribunnews
KISAH YULIANA - Seorang ibu bernama Yuliana membawa jenazah bayinya menggunakan taksi online viral lantaran tak mampu bayar biaya ambulans. 

Yuliana datang secara mandiri tanpa melalui rujukan rumah sakit daerah.

Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur RSUD NTB, dr Lalu Herman Mahaputra dalam keterangan tertulis.

“Pasien ini datang sendiri dengan keluarganya, tidak melalui RSUD Asy Syifa KSB,” ujarnya.

Menurutnya, pasien mengalami kehamilan pertama pada usia kandungan 24 minggu 5 hari, dan mengeluh tidak merasakan gerakan janin sejak 1 April 2025. 

Pemeriksaan di Ruang Bersalin (VK PONEK IGD) menunjukkan janin sudah dalam kondisi Kematian Janin Dalam Rahim (KJDR).

"Kehamilannya adalah kehamilan pertama dan pasien ini datang sendiri dengan keluarganya, tidak melalui RSUD Asy Syifa KSB," kata Herman.

Pada Minggu (6/4/2025) pukul 06.50 WITA, janin lahir secara spontan dengan berat 650 gram, dan menunjukkan tanda-tanda khas KJDR. 

Jenazah kemudian dibawa ke Instalasi Forensik untuk proses pulasara sebelum dipulangkan.

Pihak RSUP NTB mengatakan, untuk pelayanan pemulangan jenazah di RSUP NTB memang tidak ditanggung BPJS, sepenuhnya ditanggung pasien.

“Dalam aturan pemulangan jenazah yang meninggal di RSUD Provinsi NTB memang sepenuhnya tidak ditanggung oleh BPJS, dan selama ini yang membiayai pemulangan jenazah dari RSUD Provinsi NTB adalah keluarga pasien,” kata Direktur RSUP NTB, dr Lalu Herman Mahaputra, dalam keterangan tertulisnya.

Ia mengatakan, pemulangan jenazah bayi ke KSB dengan menggunakan taksi online merupakan kehendak keluarga.

“Adapun jenazah janin yang dibawa langsung oleh keluarga pasien merupakan kehendak dari mereka (keluarga),” kata Herman.

Herman menjelaskan, pihak rumah sakit sebenarnya telah mengatur skema pemulangan pasien dengan menggunakan dana sosial Rumah Sakit yang langsung disisihkan dari Pendapatan Direktur RSUD Provinsi NTB.

Namun, karena keluarga pasien terburu-buru ingin memakamkan jenazah, sehingga tidak sempat untuk bekoordinasi dengan Manajer Pelayanan Pasien (MPP).

“Karena buru-buru pulang menggunakan taksi online, dengan alasan keluarga takut jenazah janin tersebut mengeluarkan aroma tidak sedap atau berbau,” kata dr Jack sapaan karib direktur.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved