Korban Pemusnahan Bom di Garut

Tangis Anak Korban Pemusnahan Bom di Garut Bapaknya Bukan Memulung 'Saya Minta Tanggung Jawab'

Tangis anak korban pemusnahan bom di Garut bapaknya bukan memulung, tegas di hadapan Dedi Mulyadi: saya minta tanggung jawab.

|
Jaenal Abidin/Tribun Jabar/YouTube Kompas TV
PEMUSNAHAN BOM GARUT - Keluarga korban (KANAN) yang tewas saat pemusnahan amunisi kadaluwarsa menangis di RSUD Pameungpeuk, Kabupaten Garut, Selasa (13/5/2025). Beberapa anak korban ledakan (KIRI) pemusnahan amunisi. Salah satu remaja putri menegaskan, ayahnya bukan memulung selongsong, tetapi membantu TNI AD menjalankan tugas. 

Selain itu, semua anak-anak korban yang ditinggalkan akan menjadi anak angkat Dedi Mulyadi dan disekolahkan hingga kuliah.

Pada kesempatan terpisah, pernyataan remaja itu juga ditegaskan oleh Andi (54), seorang warga Desa Sagara, Cibalong, Garut.

Andi menyebut, warga memang sudah terbiasa dilibatkan saat pemusnahan amunisi kedaluwarsa TNI. 

Menurut Andi, mereka yang biasa membantu adalah orang-orang pilihan dan sudah memiliki pengalaman. 

"Sudah biasa, bukan kali ini saja mereka. Orang pilihan dan sudah pengalaman, bukan kejadian kali ini saja. Mungkin ini sudah menjadi musibah," ucap Andi, Selasa (13/5/2025). 

Baca juga: Video 12 Pemotor Balapan Ambil Selongsong Pemusnahan Bom Garut, Peringatan Menggema: Waspada Tahan!

Andi mengatakan, sebelum musibah ini terjadi pada Selasa 6 Mei 2025 lalu di lokasi yang sama, TNI juga melakukan pemusnahan amunisi kedaluwarsa. 

Namun, pada Senin (12/5/2025) kemarin, pemusnahan yang seharusnya menjadi berkah, justru menjadi musibah. 

"Biasanya (pemusnahan amunisi) jadi berkah dan sekarang malah jadi musibah," ucap Andi. 

"Kalau kemarin tanggal 6 Mei di lokasi yang sama, itu aman, tidak ada apa-apa. Eh, kemarin malah jadi kejadian yang buat kami berduka," lanjutnya. 

Andi mengatakan, biasanya warga setempat memanfaatkan sisa-sisa besi dan logam amunisi untuk dijual jadi rongsokan bernilai uang. 

Sisa-sisa logam pemusnahan biasanya dikumpulkan warga setelah membantu TNI, sesuai prosedur yang telah ditetapkan.

Baca juga: Pesan Dedi Mulyadi Tragedi Pemusnahan Bom di Garut, Sumur Ketiga Tiba-tiba Meledak 13 Orang Tewas

Meski demikian, Andi tidak mengetahui secara pasti kronologi kejadian ledakan yang menewaskan 13 orang itu. Namun, saat mendengar beberapa kali ledakan besar, warga panik akibat mendengar teriakan histeris. 

"Lalu, tidak berselang lama, banyak ambulans datang ke lokasi. Saya pikir itu suara ledakan biasa terjadi tapi, mendengar informasi ternyata banyak korban meninggal," ungkapnya. 

Kata Aparatur Desa

Senada dengan Andi, aparatur Desa Sagara, Doni David, juga mengonfirmasi memang warga setempat biasanya dilibatkan dalam pemusnahan amunisi.

Menurut Doni, masyarakat sipil dilibatkan untuk menggali lubang, memilah amunisi, hingga menyusunnya.

Sumber: Surya Malang
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved