Breaking News

Korban Pemusnahan Bom di Garut

Tangis Anak Korban Pemusnahan Bom di Garut Bapaknya Bukan Memulung 'Saya Minta Tanggung Jawab'

Tangis anak korban pemusnahan bom di Garut bapaknya bukan memulung, tegas di hadapan Dedi Mulyadi: saya minta tanggung jawab.

|
Jaenal Abidin/Tribun Jabar/YouTube Kompas TV
PEMUSNAHAN BOM GARUT - Keluarga korban (KANAN) yang tewas saat pemusnahan amunisi kadaluwarsa menangis di RSUD Pameungpeuk, Kabupaten Garut, Selasa (13/5/2025). Beberapa anak korban ledakan (KIRI) pemusnahan amunisi. Salah satu remaja putri menegaskan, ayahnya bukan memulung selongsong, tetapi membantu TNI AD menjalankan tugas. 

SURYAMALANG.COM, - Seorang remaja putri, anak salah satu korban pemusnahan bom di Garut Selatan menangis setelah ayahnya menjadi salah satu korban tewas. 

Remaja itu juga menegaskan, ayahnya bukan memulung selongsong, tetapi membantu TNI AD menjalankan tugas. 

Sebagai anak korban, remaja itu meminta pertanggung jawaban kepada negara khususnya pemerintah Provinsi Jawa Barat.

Peristiwa ledakan amunisi yang memakan 13 orang korban jiwa terjadi pada Senin, (12/5/2025) pagi di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, Jawa Barat. 

Baca juga: Kami Ambil Alih Dedi Mulyadi Tanggung Biaya Anak Korban Pemusnahan Bom di Garut, Segini per-Orang

Tewasnya para korban diakibatkan ledakan susulan setelah sumur ketiga tiba-tiba meletus.

Dalam pemusnahan amunisi, disiapkan dua sumur dan ledakan di dua lubang berjalan dengan baik.

Namun kemudian muncul ledakan dari sumur ketiga yang digunakan untuk meledakkan detonator yakni alat untuk membuat bahan peledak atau alat peledak—meledak.

"Saya perwakilan dari keluarga. Saya minta pertanggung jawaban," kata seorang remaja putri sambil menangis mengutip tayangan Breaking News KompasTV (grup suryamalang), Selasa (13/5/2025). 

Ucapan itu dilontarkan anak korban secara langsung di hadapan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.

Seperti diketahui, sembilan dari 13 korban yang meninggal merupakan masyarakat sipil.

Dalam pernyataannya, remaja tersebut tegas berkata ayahnya bukan seperti yang dinarasikan publik. 

Baca juga: Sosok Satria Arta Eks Marinir TNI AL Gabung Militer Rusia Tanpa Izin Presiden, Status WNI Terancam

Narasi yang sempat beredar, masyarakat sipil menjadi korban ledakan karena mendekat untuk mengumpulkan sisa-sisa logam amunisi. 

"Bapak saya tidak (seperti yang dikatakan orang-orang). Dari zaman sekolah, saya tahu, bapak saya kerja (sama tentara) sudah ke Manado, Makassar, Bali, ke Mabes," lanjutnya. 

Remaja ini juga menolak ayahnya disebut nyelonong ke lokasi peledakan untuk memulung amunisi.

Sedangkan Dedi Mulyadi mengatakan, semua korban akan mendapatkan bantuan pemakaman sebesar Rp 50 juta. 

Selain itu, semua anak-anak korban yang ditinggalkan akan menjadi anak angkat Dedi Mulyadi dan disekolahkan hingga kuliah.

Pada kesempatan terpisah, pernyataan remaja itu juga ditegaskan oleh Andi (54), seorang warga Desa Sagara, Cibalong, Garut.

Andi menyebut, warga memang sudah terbiasa dilibatkan saat pemusnahan amunisi kedaluwarsa TNI. 

Menurut Andi, mereka yang biasa membantu adalah orang-orang pilihan dan sudah memiliki pengalaman. 

"Sudah biasa, bukan kali ini saja mereka. Orang pilihan dan sudah pengalaman, bukan kejadian kali ini saja. Mungkin ini sudah menjadi musibah," ucap Andi, Selasa (13/5/2025). 

Baca juga: Video 12 Pemotor Balapan Ambil Selongsong Pemusnahan Bom Garut, Peringatan Menggema: Waspada Tahan!

Andi mengatakan, sebelum musibah ini terjadi pada Selasa 6 Mei 2025 lalu di lokasi yang sama, TNI juga melakukan pemusnahan amunisi kedaluwarsa. 

Namun, pada Senin (12/5/2025) kemarin, pemusnahan yang seharusnya menjadi berkah, justru menjadi musibah. 

"Biasanya (pemusnahan amunisi) jadi berkah dan sekarang malah jadi musibah," ucap Andi. 

"Kalau kemarin tanggal 6 Mei di lokasi yang sama, itu aman, tidak ada apa-apa. Eh, kemarin malah jadi kejadian yang buat kami berduka," lanjutnya. 

Andi mengatakan, biasanya warga setempat memanfaatkan sisa-sisa besi dan logam amunisi untuk dijual jadi rongsokan bernilai uang. 

Sisa-sisa logam pemusnahan biasanya dikumpulkan warga setelah membantu TNI, sesuai prosedur yang telah ditetapkan.

Baca juga: Pesan Dedi Mulyadi Tragedi Pemusnahan Bom di Garut, Sumur Ketiga Tiba-tiba Meledak 13 Orang Tewas

Meski demikian, Andi tidak mengetahui secara pasti kronologi kejadian ledakan yang menewaskan 13 orang itu. Namun, saat mendengar beberapa kali ledakan besar, warga panik akibat mendengar teriakan histeris. 

"Lalu, tidak berselang lama, banyak ambulans datang ke lokasi. Saya pikir itu suara ledakan biasa terjadi tapi, mendengar informasi ternyata banyak korban meninggal," ungkapnya. 

Kata Aparatur Desa

Senada dengan Andi, aparatur Desa Sagara, Doni David, juga mengonfirmasi memang warga setempat biasanya dilibatkan dalam pemusnahan amunisi.

Menurut Doni, masyarakat sipil dilibatkan untuk menggali lubang, memilah amunisi, hingga menyusunnya.

"Masyarakat memang dilibatkan dalam proses itu, bukan hanya menggali lubang, tapi dari mulai memilah hingga menyusun," ujar Doni, Selasa (13/5/2025).

Doni menuturkan, selama ini warga memang dipercaya oleh TNI untuk ikut membantu pemusnahan.

Sebagai aparatur desa, Doni tidak terima warganya dianggap memulung.

"Kami dari pemerintahan desa tidak menerima warga kami dianggap memulung, tidak mungkin memulung karena lokasi tersebut dijaga ketat" jelasnya. 

"Apalagi saat kejadian kan anggota TNI juga jadi korban," ungkap Doni. 

Baca juga: 4 Sosok TNI Korban Tewas Pemusnahan Bom Garut, 2 Berpangkat Kolonel dan Mayor, 9 Warga Sipil

Untuk diketahui, selongsong bahan peledak bernilai jual tinggi karena terbuat dari besi dan kuningan. Namun, para korban tidak menyadari jika ada bom yang belum meledak sepenuhnya.

Sejumlah saksi mata menyebut, sebelum pemusnahan dilakukan, sudah ada pemberitahuan dari petugas kepada warga untuk menjauh.

Namun belum diketahui apakah seluruh warga sudah benar-benar menjauh dari radius berbahaya. 

(Tribunnews.com/TribunJabar.id)

Ikuti saluran SURYA MALANG di >>>>> WhatsApp 

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved