Idul Adha 2025 di Malang Raya

Pengalaman Unik Juru Sembelih Halal, Pernah Dapati Kejadian Pisau Setajam Silet Berubah Jadi Tumpul

Beragam kisah unik pernah dialami para Juru Sembelih Halal (Juleha) yang perannya sangat penting ketika Idul Adha 2025.

|
Penulis: Dya Ayu | Editor: Eko Darmoko
IST
JURU SEMBELIH HALAL - Eko Saputro saat mengisi pelatihan penanganan hewan dan daging kurban bagi takmir dan panitia kurban se-Tuban di RPH Bancar. 

SURYAMALANG.COM, BATU - Beragam kisah unik pernah dialami para Juru Sembelih Halal (Juleha) yang perannya sangat penting ketika Idul Adha 2025.

Kisah-kisah unik itu kebanyakan terjadi ketika para Juleha menjalankan tugasnya saat menyembelih hewan kurban.

Salah satu kisah unik diceritakan oleh Widyaiswara atau Trainer di Balai Besar Pelatihan Peternakan Kota Batu Kementan, Eko Saputro.

Pria yang sudah bekerja sejak tahun 2012 lalu itu kerap mengisi pelatihan profesi butcher atau jagal, Juleha dan pengolahan daging.

Selain itu ia juga mengajar, menjadi praktisi Juleha dan butcher, khususnya saat Idul Adha.

“Pengalaman unik, jadi saat membimbing praktek pemahiran penyembelihan sapi di RPH Gadang Malang itu ada salah satu peserta pelatihan memiliki pisau sembelih yang setajam silet."

"Saat eksekusi penyembelihan ternyata tidak bisa sekali sayat (single slash), karena pisaunya mendadak seperti tumpul,” kata Eko Saputro kepada SURYAMALANG.COM, Minggu (1/6/2025).

Ternyata setelah usut punya usut, peserta tersebut menceritakan penyebab mengapa pisau yang digunakannya menjadi tumpul dan tak bisa digunakan untuk memotong.

“Peserta tersebut setelah praktek mendekat ke saya dan mengaku bahwa sebelum eksekusi ada kesombongan dalam dirinya dan tidak memohon bantuan pada Allah, hanya mengandalkan tajamnya pisau. Karena kesombongnya itu pisaunya seketika ditumpulkan oleh Allah SWT,” ujarnya.

Sebelum mengampu sebagai trainer di Balai Besar Pelatihan Peternakan Batu Kementan, Eko pernah ikut pelatihan Juleha, sehingga kini ia telah mengantongi sertifikat profesional.

“Saya pernah ikut uji kompetensi atau sertifikasi Juleha tahun 2014 melalui Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) pertanian milik Kementan."

"Saya dinyatakan kompeten. Saya juga telah ikut sertifikasi profesi Penyelia halal melalui LSP MUI tahun 2023 lalu,” jelasnya.

Sementara itu, jelang Idul Adha seperti saat ini yang kurang dari sepekan lagi diperingati, ada beberapa penyakit hewan khususnya kambing dan sapi yang dikhawatirkan masyarakat seperti Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) serta Lumpy Skin Disease (LSD).

Terkait penyakit-penyakit pada hewan kurban, Eko membagikan ciri-ciri hewan yang mengalami sakit, sehingga dapat dijadikan ilmu serta pengetahuan nantinya.

“Hewan kurban yang sakit cacingan ditandai dengan bulu yang kasar dan berdiri, serta kurus."

"Hewan kurban yang sakit memiliki lubang kumlah yang kering atau sangat basah."

"Hewan kurban yang mengidap PMK, mulutnya meneteskan banyak saliva dan lidahnya luka layaknya sariawan."

"Sapi atau kambing yang terkena bakteri antrax ditandai dengan keluarnya darah kehitaman di lubang-lubang tubuh dan demam tinggi hingga 42 derajat."

"Sapi yang kena LSD ditandai dengan benjolan seperti lato-lato di kulit,” terangnya.

Sedangkan saat proses penyembelihan hewan kurban, menurut Eko, tidak memungkinkan selalu didampingi dokter hewan atau pihak dari Dinas terkait di masing-masing titik lokasi karena keterbatasan tenaga yang berkompeten.

“Dokter hewan dan mantri ternak pemerintah di Batu sangat terbatas. Tidak mungkin setiap titik lokasi penyembelihan hewan kurban diawasi atau didampingi."

"Biasanya mereka melatih para penyuluh pertanian atau Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dari masing-masing desa tentang ante dan postmortem hewan kurban."

"PPL tiap desa juga tidak bisa menjangkau diseluruh titik penyembelihan di desa. Ada juga bahkan PPL yang wilayah kerjanya 2-3 desa,” bebernya.

Untuk mengatasi keterbatasan tenaga ini, dinas terkait biasanya mengadakan pelatihan penanganan hewan dan daging kurban untuk takmir atau panitia kurban.

“Cuma perlu diperbanyak yang diundang. Kalau ada dana APBD, bisa 1 kecamatan 1 kegiatan pelatihan,” harap Eko.

Pihaknya mengimbau pada masyarakat jika nantinya menemukan hewan kurban dengan gejala-gejala tersebut, maka sebaiknya tidak membelinya, karena itu menandakan hewan tersebut sedang dalam keadaan yang tidak sehat.

“Jangan pilih hewan kurban yang sakit agar sah kurban kita. Pilih yang sehat, tidak cacat, gemuk dan musinnah."

"Musinah atau poel ditandai dengan telah berganti minimal sepasang gigi seri menjadi gigi permanen. Biasanya lebih besar dan menancap dalam serta kuat dalam gusi,” pungkasnya.

 

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved