Belajar dari Ulama, Shihaf Terapkan Ilmu Klasik untuk Menjadi Lulusan Terbaik Unisma

Shihaf Ismi Salman Najib menjadi salah satu wisudawan terbaik dari Universitas Islam Malang (Unisma) dalam wisuda periode 76 tahun 2025 ini.

SURYAMALANG.COM/Rifky Edgar
TERBAIK - Shihaf Ismi Salman Najib menjadi salah satu wisudawan terbaik dari Universitas Islam Malang (Unisma) dalam wisuda periode 76 tahun 2025 ini dengan IPK 3,97, Kamis (16/6/2025). 

SURYAMALANG.COM, MALANG - Shihaf Ismi Salman Najib menjadi salah satu wisudawan terbaik dari Universitas Islam Malang (Unisma) dalam wisuda periode 76 tahun 2025 ini.

Mahasiswa Fakultas Hukum ini mampu menorehkan IPK 3,97, salah satu yang tertinggi bersama wisudawan terbaik lainnya.

Prestasi ini bukanlah hasil keberuntungan dan kecerdasannya semata, tetapi juga karena prinsip hidup yang ia pegang teguh.

Kesuksesannya ini diraih setelah dia mempelajari sebuah kitab klasik berjudul Ta'limul Muta’allim karya Syekh Az-Zarnuji.

"Dalam kitab itu disebutkan bahwa ilmu tidak akan bisa diraih kecuali dengan enam bekal," kata Shihaf kepada SURYAMALANG.COM, Kamis (16/6/2025).

Keenam bekal tersebut menurutnya sangat relevan diterapkan oleh mahasiswa masa kini.

Pertama ialah Kecerdasan (Dzakaa'). Dia menekankan pentingnya membaca dan mencari tahu materi terlebih dahulu sebelum mengikuti perkuliahan.

“Kalau saya tahu akan belajar hukum perdata, maka saya sudah cari tahu dulu isinya apa," ucapnya.

Kedua, Semangat dan Rasa Ingin Tahu (Hirsun).

Shihaf percaya rasa ingin tahu yang tinggi adalah bahan bakar utama dalam menempuh ilmu.

Ketiga, Kesabaran (Shabrun). Menurutnya, tantangan dan hambatan pasti ada.

Kesabaran menjadi sifat mutlak bagi siapa pun yang ingin bertahan dan berhasil.

Keempat, Biaya atau Dukungan (Bulghatun).

Dukungan dari teman dekat dan orang tua akan menjadi penyemangat dalam mengemban ilmu.

"Bukan cuma soal uang, tapi juga dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitar saya rasa itu penting," katanya.

Kelima, Bimbingan Guru (Irsyadu Ustadzin). Bagi Shihaf, peran dosen sangat vital.

Dosen harus punya semangat mendidik, dan mahasiswa harus punya semangat untuk terus bertanya dan berdiskusi saat menjalani perkuliahan.

Keenam, Waktu yang Panjang (Thulu Zamanin).

Shihaf meyakini, tidak ada yang instan dalam proses belajar.

Perlu konsistensi dan ketekunan dalam belajar.

"Ilmu itu harus diulang-ulang, dipelajari sebelum, selama, dan setelah perkuliahan," ungkapnya.

Tips ini bukan hanya omong kosong, Shihaf telah membuktikannya sendiri.

Selain aktif dalam organisasi sebagai Ketua Badan Peradilan Semu, dia juga mampu menyelesaikan skripsi dengan baik.

Dalam skripsinya, pria kelahiran Jember itu menyoroti celah hukum dalam Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU).

Ia menemukan bahwa beberapa perusahaan memanipulasi struktur kreditur dengan melakukan subrogasi dan novasi subjektif aktif.

Yakni pengalihan piutang dari satu pihak ke pihak ketiga agar memenuhi syarat minimal dua kreditur dalam permohonan pailit.

“Cara ini secara terang-terangan melanggar asas etikat baik, yang seharusnya menjadi dasar dalam setiap perjanjian hukum,” ungkapnya.

Sebagai penutup, Shihaf berpesan kepada mahasiswa lain agar jangan hanya datang, duduk, dan pulang saat kuliah.

"Pelajari dulu sebelum kelas, diskusikan saat kelas, dan ulangi lagi setelah kelas. Ilmu akan lebih membekas," tandasnya.

 

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved