Makan Bergizi Gratis
'Nasi Asin Telur Amis' 365 Siswa Guru Karyawan Sekolah dan Orang Tua Keracunan MBG
Sebanyak 365 orang dari kalangan siswa SD, SMP, guru, karyawan sekolah dan orang tua murid keracunan MBG di Gemolong, Kabupaten Sragen.
SURYAMALANG.COM | SRAGEN – Sebanyak 365 orang dari kalangan siswa SD, SMP, guru, karyawan sekolah dan orang tua murid keracunan Makan Bergizi Gratis (MBG) di Gemolong, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, Senin (11/8/2025).
Akibat peristiwa tersebut, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen menghentikan sementara operasional dapur SPPG Mitra Mandiri Gemolong-1 selama dua hari.
Beberapa siswa yang menjadi korban keracunan MBG di Gemolong Sragen mengaku sudah merasakan keanehan yang dirasakan ketika menikmati menu sebelum jatuh sakit pada Senin (11/8/2025) malam.
Kala itu, SPPG Mitra Mandiri Gemolong-1 menyadjikan menu berupa nasi kuning dengan lauk pauk yang dinilai berbeda dari biasanya.
Seorang siswa bernama Chelsi menceritakan nasi kuning yang disantap terasa jauh lebih asin dan tidak gurih sebagaimana mestinya.
“Rasa nasi kuningnya lebih asin, telurnya juga tidak seperti biasanya,” ujar Chelsi kepada wartawan, Selasa (12/8/2025).
Selain Chelsi, siswa lainnya bernama Faqih juga mencium bau tak sedap dari telur yang disajikan.
Ia mengatakan rasa telur tersebut amis dan sayuran pelengkap seperti timun dan selada sudah tampak rusak.
“Nasi kuningnya asin, sayurnya sudah bolong-bolong hitam, jadi tidak saya makan. Saya cuma makan apel, nasi kuning, orek telur, sama susu,” bebernya.
Sebelumnya tersiar korban keracunan MBG 251 orang.
Namun, jumlah bertambah menjadi 365 orang pada Kamis (14/8/2025)
"Korbannya bukan bertambah, tetapi kemarin kan beberapa belum terdata," ujar Kepala Puskesmas Gemolong, dr Agus Pranoto Budi.
Berdasarkan data pada Rabu (13/8/2025), tercatat 251 korban dari lima sekolah:
- SMPN 1 Gemolong 97 orang,
- SMPN 2 Gemolong 61 orang,
- SMPN 3 Gemolong 1 orang,
- SDN Gemolong 66 orang,
- SDN 4 Gemolong 26 orang, dan
- SDN 3 Gemolong 1 orang.
Kini seluruh penerima manfaat MBG yang terdiri dari sembilan sekolah dan satu pondok pesantren mengalami kasus keracunan.
Agus menyebut saat ini masih ada lima siswa yang menjalani rawat inap dari sebelumnya delapan orang.
"Situasi terkini sementara kami masih memantau perkembangan. Terakhir kemarin yang rawat inap 8, ini sudah pulang tiga," ungkapnya.
Ia memastikan kondisi pasien secara umum membaik.
"Alhamdulillah baik-baik saja, mungkin masih ada sedikit-sedikit keluhan," kata Agus.
Sebelumnya, Bupati Sragen Sigit Pamungkas mencatat total 251 orang menjadi korban keracunan MBG.
“Hari ini kami menerima laporan adanya gejala keracunan dari sejumlah siswa di SD dan SMP di Gembong,” ujar Sigit dikutip dari Kompas.com (grup SURYAMALANG.COM), Selasa (12/8/2025).
"Mereka mengeluhkan mual, sakit perut hebat, bahkan ada yang muntah. Intinya, ada dugaan kuat keracunan. Data sementara menunjukkan ada 251 orang yang melapor," sambungnya.
Menurut Sigit Pamungkas, penghentian sementara operasional SPPG Mitra Mandiri Gemolong-1 dilakukan karena kasus keracunan di wilayah Gemolong telah berulang kali terjadi.
“Di Kecamatan Gemolong sendiri, kejadian keracunan sudah beberapa kali. Mungkin perlu ada terapi atau penanganan khusus di wilayah ini. Kita lihat case by case,” ujarnya.
Sigit menegaskan, pengawasan program MBG harus diperketat di semua lokasi, bukan hanya di Gemolong.
“Intinya, di mana pun MBG berjalan, pengawasan harus lebih ketat dan higienis, demi memastikan keamanan siswa yang mengonsumsi makanan bergizi gratis ini,” tegasnya.
“Kami bergerak cepat dengan mendatangi penyedia MBG untuk melihat langsung proses pengadaan makanan. Kami juga mengonfirmasi informasi kepada pihak sekolah dan para siswa,” jelas dia.
Penanggung jawab Dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Mitra Mandiri Gemolong-1, Sragen, Arifuddin Setiawan minta maaf atas kasus keracunan massal tersebut.
“Kami mohon maaf sebesar-besarnya. Tanpa mengurangi rasa hormat, kami tidak ada niatan untuk membuat kejadian seperti ini. Tidak ada unsur kesengajaan dari pihak kami,” ujarnya dikutip dari Kompas.com, Rabu (13/8/2025).
Arif menegaskan, insiden ini merupakan kejadian pertama sejak dapurnya beroperasi.
Ia mengaku baru menerima laporan pada Selasa (12/8/2025) sekitar pukul 10.00 WIB.
Awalnya, ia menduga menu MBG yang disajikan hari itu menjadi penyebab.
Namun, setelah pengecekan, makanan yang diduga memicu keracunan ternyata berasal dari distribusi sehari sebelumnya, Senin (11/8/2025).
Menu makanan yang diberikan berisi nasi kuning, orek tempe, telur suwir, salad, timun, apel, dan susu kemasan.
Dapur SPPG Mitra Mandiri Gemolong-1 di Sragen akan ditutup sementara selama tujuh hari usai insiden keracunan massal yang menimpa ratusan siswa.
Menurut Arifuddin, penutupan sementara dilakukan bukan hanya untuk keperluan investigasi, tetapi juga demi mempertimbangkan kondisi mental 49 karyawan yang sehari-hari bekerja di dapur tersebut.
“Melihat kondisi psikis tim kami yang mungkin mereka merasa bersalah juga, sehingga kami harus mengistirahatkan mereka. Mungkin Selasa minggu depan kami bisa operasional lagi,” jelasnya.
Ia mengungkapkan, banyak karyawan mengalami syok dan rasa khawatir mendalam setelah kejadian itu.
“Mereka itu bekerja dengan hati, enggak asal-asalan. Kemudian ada kesalahan yang mereka enggak sengaja, dan mau menyalahkan siapa kan enggak tahu. Yang ada akhirnya menyalahkan diri sendiri,” tambahnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.