Lumajang

Ada Insiden Salim Kancil, Bupati Baru Tutup Tambang Liar, Terlambatkah?

Penulis: Sri Wahyunik
Editor: Aji Bramastra
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kematian tragis Salim Kancil memicu demo sejumlah elemen masyarakat.

Lisun, petani setempat hanya bisa memandangi dua petak sawahnya yang terendam air laut, Selasa (29/9/2015). Sawahnya berdekatan dengan milik Saim Kancil.

Semenjak penambangan besar-besaran dilakukan, sawahnya kerap terendam air laut.

"Padahal padi saya masih berusia seminggu. Kalau terendam begini ya mungkin mati. Sejak ada penambangan pakai alat berat, air lautnya lompat dan merendam sawah kami," ujar Lisun.

Hal senada diamini Sakim. Dulu air laut tidak merendam sawah karena air laut tida bisa melompati gunung pasir di bibir pantai

Gunung pasir itulah yang ditambang memakai alat berat. Akibatnya gunung pasir kandas hanya dalam waktu beberapa tahun saja. Kini gelombang bisa melompati tebing pasir hingga merendam sawah di seberang tebing pasir.

"Kami ingin jangan ada penambangan pasir lagi," tegas Sakim.

Dari pantauan Surya, paska kejadian pembunuhan terhadap Salim Kancil dan penganiayaan kepada Tosan, tidak ada lagi penambangan pasir di pantai Watu Pecak. Alat berat yang biasanya nangkring di tebing pasir. Siang malam alat berat mengeruk pasir di tempat itu.

Tidak hanya penambangan skala besar, para penambang tradisional yang hanya memakai alat manual juga berhenti. Mereka tidak mengayak pasir lagi sejak pembantaian terjadi Sabtu (26/9/2015). (*)

Berita Terkini