Nasional

Pasang Surut Hubungan Soeharto dan BJ Habibie, Teman Dekat yang Tak Bertemu Sejak 21 Mei 1998

Editor: Zainuddin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Soeharto saat mengumumkan pengunduran diri di Istana Merdeka, Jakarta, 21 Mei 1998.

Hingga Habibie dilantik sebagai presiden, Soeharto tetap tidak mau bertemu.

Dalam buku Pak Harto The Untold Stories, mantan Kepala Protokol Istana zaman Soeharto, Maftuh Basyuni membeberkan kisah tersebut.

Maftuh kala itu menjadi penyampai pesan dari Habibie di Istana ke Soeharto di Cendana, Jakarta Pusat.

“Sejak Pak Harto berhenti, beberapa kali saya datang ke Cendana untuk menyampaikan permintaan BJ Habibie yang ingin bertemu dengan Pak Harto,” ucap mantan Menteri Agama di era Presiden SBY itu.

Saat ulang tahun Soeharto ke-77 pada 8 Juni 1998, Habibie yang datang dengan membawa bunga dan kartu ucapan selamat, lagi-lagi ditolak Soeharto.

( Baca juga : Terungkap! Ternyata Ada Peran Pria Sidoarjo dalam Kasus Kaki Menyembul dari Makam di Kediri )

Kala itu Sang Jenderal Besar menitipkan pesan kepadanya.

“Basyuni (sapaan Maftuh dari Soeharto), sampaikan ke Pak Habibie, dalam situasi seperti ini tidak elok Pak Habibie bertemu dengan Pak Harto. Nanti ketularan dihujat orang banyak.”

“Biarlah Pak Harto sendiri yang menghadapi hujatan-hujatan itu. Yang lain siap bekerja sebaik-baiknya untuk bangsa dan negara,” pesan Soeharto kepada Maftuh saat itu.

4. Soeharto Hanya Mau Bertemu Secara Batin

Soeharto memang secara khusus pernah menyampaikan larangan bertemu itu.

Dikutip dari Antara, pertemuan terakhir Soeharto dan Habibie terjadi pada 21 Mei 1998, peristiwa saat Soeharto lengser.

“Kamu tidak boleh bertemu saya. Laksanakan tugasmu sebaik mungkin. Saya yakin kamu bisa,” kata Habibie menirukan perkataan Soeharto.

( Baca juga : Namanya Nissa Sabyan, Gadis Pesantren Ini Tak Hanya Punya Suara yang Bikin Adem, Tapi Juga . . . )

Menurut Habibie, Soeharto mengatakan hal itu karena senior yang sangat dihormatinya tersebut menginginkannya melaksanakan tugas sebagai presiden tanpa harus bergantung kepada Soeharto.

“Tetapi saya menuntut untuk bertemu karena ingin minta masukan tentang berbagai masalah pelik yang harus saya hadapi saat bersamaan.”

“Tetapi beliau mengatakan ‘Tidak. Kita bertemu secara batin saja,’” kata bekas Menristek itu.

5. Hanya Berbicara lewat telepon

Habibie juga kesusahan bicara melalui telepon dengan penguasa 32 tahun Orde Baru itu.

“Terakhir saya bicara dengan Pak Harto lewat telepon, ya pada 9 Juni 1998, satu hari setelah beliau ulang tahun,” kenang Habibie.

Kisah hubungan Habibie dan Soeharto memang dibumbui kesedihan.

Betapa tidak, saat Soeharto meninggal dunia pada 27 Januari 2008, Habibie tidak sempat melayat karena baru saja tiba di Amerika Serikat.

( Baca juga : 6 Kebiasaan Pemicu Kanker Kulit Penyebab Menantu Hatta Rajasa Meninggal, Nomor 4 Sering Dilakukan )

Sebelum peristiwa itu, Habibie dan Ainun sempat menengok Soeharto yang dirawat di RS Pusat Pertamina pada 15 Januari 2008.

Dia langsung terbang ke Jakarta dari Jerman karena mendengar berita Soeharto kritis.

Sayang, saat tiba di RS Pusat Pertamina, Habibie tetap tidak bisa bertemu Soeharto.

“Dokter menjelaskan kenapa Pak Harto tidak bisa didekati. Akhirnya kami berdoa untuk beliau, yang jaraknya sekitar tiga meter. Hanya tiga meter, tetapi (sayang) tidak bisa ketemu,” katanya.

Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul Hubungan Soeharto-Habibie: Dulu Dekat, Tolak Bertemu Sejak Lengser dan Percakapan Pendek di Telepon.

Berita Terkini