SURYAMALANG.COM, SURABAYA - Perayaan Tahun Baru Imlek tidak bisa dipisahkan dengan atraksi kesenian barongsai dan leang-leong. Pertunjukan tarian singa dan naga ini selalu menjadi daya tarik sendiri bagi masyarakat menyaksikannya.
Singa dipercaya sebagai binatang yang baik. Orang-orang yang melakukan tarian tersebut melambangkan pembawa keberuntungan, dan kekuatan untuk mengusir roh-roh jahat.
Tari barongsai selalu menampilkan warna merah dengan tujuan menciptakan suasana meriah, serta membawa kebahagiaan bagi para penonton.
• Berita Arema Hari Ini Populer, Cara Mario Gomez Bentuk Klub Tangguh dan Jadwal 3 Pemain Asing Tiba
• Rencana Ground Breking Bandara Kediri Ditetapkan 16 April 2020, Masalah Lahan Dituntaskan Februari
Atraksi barongsai dilakukan dua penari dengan mengenakan kostum singa. Penari di posisi depan akan menjadi bagian depan tubuh singa, sementara penari di belakang akan menjadi bagian tubuh belakang singa.
Mereka kemudian menari sambil diiringi alunan musik dan bunyi petasan yang keras. Seperti gendang, simbal, dan gong.
Salah satu klub barongsai yang menampilkan kekuatan penuh pada momen Imlek di Klenteng Sanggar Agung, Kenjeran, Kota Surabaya.
Namanya Tim Tarian Singa dan Naga Ksatria. Klub yang terbentuk pada 2005 ini beranggotakan sekitar 39 orang dari berbagai penjuru di Surabaya.
Terdiri anggota suku Jawa 10 orang, dan Tionghoa 20 orang, ditambah partisipan Jawa lima dan Tionghoa empat orang Steering Comitte .
Tim Tarian Singa dan Naga Ksatria Citra Satria Ongkowijoyo mengatakan, semua anggota berasal dari berbagai suku. Tanpa memperhatikan warna kulit, ras, dan agama yang dianut.
Menurutnya, banyaknya orang yang masuk klub tersebut dengan berbagai latar belakang menunjukkan tari barongsai dan leang-leong diterima oleh masyarakat luas.
“Kami ingin menunjukkan bahwa tim ini adalah pluralisme. Semuanya ada di sini,” ujarnya, Jumat (24/1/2020).
Beberapa tahun lalu, Tim Tarian Singa dan Naga Ksatria pernah menorehkan rekor dengan bermain sebanyak 85 kali selama dua minggu.
Mereka bisa melakukan 120 kali pementasan selama 1 tahun di luar Hari Raya Imlek.
Saat ini mereka mendapatkan panggilan pementasan di 11 tempat yang berbeda. “Kami sering main di luar momen Imlek. Seperti peresmian pabrik, mantenan, khitan, sehingga barongsai tidak hanya eksklusif dengan golongan tertentu,” imbuhnya.
Di tengah zaman yang modern, lanjut Citra, Tim Tarian Singa dan Naga Ksatria telah melakukan berbagai inovasi. Tujuannya untuk mempertahankan dan melestarikan budaya tersebut kepada generasi yang akan datang.