SURYAMALANG.COM, KLOJEN - Sejumlah warga yang menamakan masyarakat sipil peduli pendidikan Kota Malang dan perwakilan keluarga melakukan doa bersama untuk kelancaran operasi amputasi jari MS (13), siswa korban kekerasan dari teman-teman sekolahnya, Selasa (4/2/2020).
Acara dilangsungkan di halaman parkir RS Lavallete dipimpin Sri Wahyuningsih yang dikenal sebagai pimpinan WCC Dian Mutiara Kota Malang.
"Semoga operasi amputasinya lancar. Ini sangat memprihatinkan. Semoga ini kejadian terakhir di Kota Malang," doa Sri Wahyunigsih.
• MS Akhirnya Benar-Benar Diamputasi, Korban Kekerasan atau Perundungan di SMPN Itu Menjalani Operasi
• Arema FC Kompak dengan Persebaya, Persib Bandung & Persija, Permintaan Sama Soal Jadwal Liga 1 2020
• Rektor Universitas Brawijaya Tolak Ide Walikota Malang Sutiaji, Soal Jam Kuliah untuk Atasi Macet
MS diamputasi ujung jarinya pada Selasa malam pukul 18.00 WIB.
Menurut Taufik, Pak De atau paman MS pada wartawan, amputasi akhirnya dilakukan karena ujung jarinya tidak berfungsi setelah dilakukan observasi.
Di sisi lain, kondisi fisik MS dinilai juga sudah bagus, sehingga dilakukan tindakan amputasi.
Dikatakan Sri, pensiunan dosen FH UB ini, kejadian yang menimpa MS bukan bullying lagi. Tapi sudah pada penganiayaan.
Sebab akibatnya ada amputasi salah satu jarinya.
"Ini sudah bukan bercandaan yang keterlaluan. Tapi sudah penganiayaan," kata dia.
Karena itu, ia berharap tak terjadi lagi. Sehingga anak-anak bisa aman dan nyaman di sekolah.
"Sebelumnya sudah ada kasus kekerasan pada anak-anak oleh guru di sebuah SD. Kami juga demo ke Dindik. Sekarang mengawali tahun 2020 ada lagi meski jenisnya beda. Kami jadi gemes," tambahnya.
Karena sudah ditangani UPPA Polresta Malang, masyarakat sipil peduli pendidikan juga berdoa akan proses hukumnya lancar.
Selain itu juga diungkapkan ada SE Menkeu tentang penanganan korban kekerasan anak ditanggung biayanya oleh kepala daerah.
Menurut Sri, tentang pelaku yang masih usia anak, dikatakan juga perlu melihat dampaknya.
"Korban dan pelaku ini sama-sama di bawah umur. Tapi harus dilihat juga apa yang dilakukan bukan lagi guyonan karena akibatnya ada jari korban yang diamputasi. Dengan ini, maka mereka harus bisa bertanggungjawab karena guyonannya sudah melampaui batas sehingga harus diproses," kata wanita berusia 74 tahun ini.