Dengan mesin ini ia tak perlu risau jika harus menampung susu yang tidak bisa disetor di hari yang sama, karena kualitasnya tidak menurun.
Saat ini harga susu di dari peternak sekitar Rp 7.400 per liter. Yani juga punya armada sendiri untuk menyetorkan susunya ke pengepul yang ada di Srengat, Kabupaten Blitar.
Namun Yani dan para peternak lain menghadapi masalah produksi selepas PMK.
“Sekarang satu ekor sapi paling hanya bisa 12-15 liter. Padahal sebelum ada PMK satu ekor bisa menghasilkan 20 liter,” ungkapnya.
Sebelum PMK harga susu hanya di kisaran Rp 5.000 per liter.
Namun karena produksinya melimpah, para peternak bisa meraup untung yang lebih besar.
Sedangkan saat ini produksinya menurun, keuntungan ikut turun meski harga susu naik signifikan.
Untuk memulihkan produksi, sapi-sapi yang lolos dari PMK harus diregenerasi. Jika menunggu proses alami, maka membutuhkan waktu lama karena harus menunggu sapi lama afkir.
Sedangkan jika dilakukan regenerasi saat ini, maka membutuhkan biaya yang besar.
“Saya sudah coba sapi indukan baru yang saya pelihara sejak kecil, ternyata produksinya bisa tembus 20 liter. Sementara sapi lama yang lolos dari PMK, 15 liter itu sudah sangat bagus,” pungkasnya. (David Yohanes)