Padahal dulunya Baalawi masuk dan diterima secara luas melalui kaum Nahdliyin.
Karena itu, Hanin menegaskan, jika dulu Nahdliyin membukakan pintu untuk Baalawi, maka sekarang akan membukakan pintu keluar untuk Ba'alawi.
“Kami buatkan pintu keluar untuk Ba'alawi, mulai dari Tulungagung,” katanya.
AMT akan selalu menyerukan penolakan habib yang didatangkan di Tulungagung.
Karena itu pemerintah diharapkan mencegah para habib itu mendapat panggung agar tidak terjadi gesekan.
Jika masih ada habib yang datang ke Tulungagung, maka AMT akan melakukan upaya sweeping.
“Ini tugas aparatur negara, kami memberi saran. Kami taat hukum, tidak sweeping selama aparat menjalan tugasnya,” tambah Hanin.
Jumat kemarin, massa yang mengatasnamakan Aliansi Masyarakat Tulungagung (AMT) menggelar aksi penolakan klan Baalawi di depan kantor DPRD Tulungagung, Jalan Kartini.
Baca juga: Rincian UMK 2025 Kabupaten Jombang, Tulungagung, Pacitan Perkiraan Gaji Naik Sampai Rp3 Juta
Aksi ini sebagai respons rencana kedatangan Habib Syech ke sebuah lembaga pendidikan di Kabupaten Tulungagung.
Ada sekitar 40 organisasi yang bergabung dalam aksi ini, termasuk sejumlah organisasi pencak silat.
Mereka menuntut pemerintah bersikap tegas kepada klan Baalawi yang dianggap terang-terangan memalsukan nasab Rasulullah dan membelokkan sejarah bangsa.
Massa juga menuntut melarang dan menghentikan segala dakwah Baalawi yang dinilai merusak aqidah dan provokatif melawan pemerintah.
Terkait penolakan Habib Syech, menurut Hanin, sosoknya telah menyakiti warga Nahdliyin.
Sebab sebelumnya dia menyebut Habib Rizieq sebagai gurunya NU (Nahdlatul Ulama).
Padahal Habib Rizieq menyerang sosok Gus Dur, dan pentolan FPI yang dibubarkan oleh pemerintah.
“Banyak kiai kita yang melakukan dakwah dengan baik, bukan provokatif,” tandasnya.