"Surabaya bisa menjadi contoh dalam diversifikasi pendapatan melalui pinjaman keuangan. Misalnya, untuk pembangunan jalan, rumah sakit, dan PJU (Penerangan Jalan Umum)," kata Bima Arya saat berada di Surabaya.
"Ini Sumber pendanaan alternatif. Perlu didorong. Banyak daerah belum berpikir. Sebab dipikir ribet. Karenanya, teman-teman Surabaya ini bisa memberikan penjelasan sekaligus contoh ke daerah lain," katanya.
Bima Arya mengungkapkan, selama ini Surabaya menjadi satu di antara daerah di Indonesia yang memiliki PAD cukup besar di dibandingkan dana transfer pusat dari daerah. Bahkan tahun depan, angka PAD Surabaya ditargetkan mencapai mencapai Rp 8,95 triliun (73 persen) dan dana transfer sebesar Rp3,2 triliun (27 persen).
Dalam menggali pendapatan daerah, Surabaya hanya kalah dari Kabupaten Badung Provinsi Bali yang memiliki angka PAD senilai Rp9,6 triliun lebih dan pendapatan transfer pusat Rp799 miliar lebih. "Surabaya di peringkat kedua setelah Badung. Badung memiliki kemandirian cukup tinggi, di atas 90 persen," kata Bima Arya.
Sekalipun demikian, Bima Arya memberikan catatan soal masih adanya daerah yang memiliki ketergantungan terhadap anggaran dari pusat. Banyak daerah yang mayoritas sumber pendapatan didapat dari dana transfer pusat.
"Namun, masih ada daerah yang ketergantungan di atas 60 persen. Sehingga kalau dana (pusat) di-stop, maka selesai. Nggak bisa gajian dan lain-lain," kata Bima Arya yang juga mantan Wali Kota Bogor dua periode tersebut.