Keberadaan Macan Tutul di Kawasan Gunung Semeru Disambut Gembira Oleh ProFauna

Penulis: Benni Indo
Editor: Eko Darmoko
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Penampakan macan tutul di kawasan Gunung Semeru.

Dikatakan Rosek, perburuan yang banyak terjadi di TNBTS adalah perburuan satwa burung, namun tidak menutup kemungkinan pemburu memburu hewan lain ketika melihat peluang.

"Betul, memang di sana lebih banyak berburu burung tetapi yang harus dicermati, biasanya pemburu di lapangan berpotensi berburu satwa lain."

"Penangkapan burung memang terjadi, di sana menggunakan pulut dan jaring. Saya kira tetap tidak bisa dibenarkan."

"Harus steril. Saya kira itu harga mati. Patroli untuk mencegah perburuan satwa perlu diperluas," sarannya.

Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS), Rudijanta Tjahja Nugraha mengatakan laporan perburuan sering ia dapatkan, namun tidak menemukan di lapangan.

Pasca menangkap visual macan tutul jawa, petugas memperketat kawasan taman nasional. Patroli juga dikuatkan untuk mengantisipasi masuknya pemburu liar.

BB TNBTS berupaya melindungi keberadaan macan tutul langka itu. Rudi mengatakan, ia telah memerintahkan sejumlah petugas untuk memasifkan pratoli kawasan agar tidak ada peruran liar yang dapat mengancam keberlangsungan hidup macan tutul.

"Sejauh ini yang kami dengar laporannya adalah perburuan burung. Kalau macan tutul masih belum ada," katanya.

Hasil sementara menunjukkan mayoritas macan tutul yang terekam di kawasan TNBTS merupakan macan kumbang atau macan tutul melanistik, yakni macan tutul dengan pigmen hitam dominan pada bulunya. Menurut Rudi, kondisi ini terjadi akibat isolasi populasi dalam jangka waktu lama.  

"Isolasi ini mengakibatkan variasi genetik di lanskap TNBTS cukup rendah, karena tidak ada pertambahan genetik dari populasi macan tutul lain."

"Akibatnya, gen yang meregulasi proses melanisme menjadi dominan, sehingga mayoritas macan tutul di TNBTS berwarna hitam," jelasnya.  

Berita Terkini