Koperasi Merah Putih
Eksistensi CooSAE, Koperasi di Kota Batu dengan Omzet Perdagangan Lintas Anggota Rp 2 Miliar / Bulan
Eksistensi CooSAE, Koperasi di Kota Batu dengan Omzet Perdagangan Lintas Anggota Rp 2 Miliar / Bulan
Penulis: Dya Ayu | Editor: Eko Darmoko
Ringkasan Berita:
- Cooperative Smart Agriculture Ecosystem (CooSAE) menjadi induk seluruh Koperasi Merah Putih yang ada di Kota Batu
- Tujuannya untuk memberdayakan petani, meningkatkan produktivitas dan kualitas produk, serta membangun rantai nilai pertanian yang modern, efisien dan berkelanjutan
- Strategi dalam mengelola CooSAE sebagai induk koperasi di Kota Batu yakni berangkat dari konsep demand-driven supply chain
SURYAMALANG.COM, BATU - Demi menciptakan ekosistem pertanian yang terintegrasi dengan petani, pengelolah, pemasar, dan mitra pendukung lainnya, Pemkot Batu membentuk CooSAE.
CooSAE merupakan singkatan dari Cooperative Smart Agriculture Ecosystem. CooSAE menjadi induk seluruh Koperasi Merah Putih yang ada di 24 desa/kelurahan di Kota Batu.
Tujuannya untuk memberdayakan petani, meningkatkan produktivitas dan kualitas produk, serta membangun rantai nilai pertanian yang modern, efisien dan berkelanjutan.
CEO CooSAE, Rakhmad Hardiyanto mengatakan, strategi dalam mengelola CooSAE sebagai induk koperasi di Kota Batu yakni berangkat dari konsep demand-driven supply chain.
“Kami membangun usaha koperasi bukan dari sisi produksi dulu, tetapi dari kebutuhan pasar."
"Dengan begitu setiap kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh Kopdes maupun Kophan anggota CooSAE memiliki kepastian pasar."
"Kami juga menerapkan model shared service, di mana CooSAE menjadi pusat layanan bersama mulai dari pembiayaan, logistik, digital marketing, hingga pencatatan keuangan,” kata Rakhmad Hardiyanto kepada SURYAMALANG.COM, Sabtu (1/11/2025).
Baca juga: Ikan Mas Punten Asli Kota Batu Bakal Masif Dibudidayakan di Banyak Daerah, 4 Juta Benih Disebar
Dengan sistem ini menurut Hardi, anggota koperasi bisa fokus di sektor hulu seperti budidaya dan produksi, sementara CooSAE membantu di hilir, termasuk dalam distribusi ke konsumen modern dan grosir antar daerah.
“Dampak positifnya anggota koperasi lebih efisien, memiliki jaminan penyerapan hasil, dan masyarakat sekitar pun mendapat peluang kerja dan usaha baru,” ujarnya.
Sedangkan terkait usaha yang ditentukan untuk masing-masing Koperasi Merah Putih di Desa dan Kelurahan, Hardi menjelaskan hal itu ditentukan berdasarkan pendekatan berbasis potensi wilayah dan rantai nilai.
Jadi masing-masing desa/kelurahan dipetakan komoditas unggulannya, baik hortikultura, peternakan, maupun olahan pangan. Setelah itu nantinya disandingkan dengan kebutuhan pasar regional.
“Misalnya permintaan dari Kalimantan Timur yang sudah menjadi mitra tetap kami."
"Selain itu, kami juga mempertimbangkan kesiapan SDM, ketersediaan lahan dan infrastruktur lokal. Dari situ, muncul peta usaha unggulan tiap koperasi anggota yang saling melengkapi dalam ekosistem CooSAE,” jelasnya.
Sejauh ini menurut Hardi, usaha Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih (KDKMP) naungan CooSAE yang menjadi unggulan dan telah berjalan diantaranya sayuran segar seperti kubis, wortel, kentang, dan sawi dari petani mitra di lereng Arjuno dan Panderman.
Buah-buahan lokal seperti apel dan jeruk, yang saat ini mulai dikembangkan untuk produk olahan seperti apple cider vinegar dan minuman sehat.
Tidak hanya itu, ada juga produk olahan pangan dari UMKM anggota, misalnya sambal, keripik, dan minuman herbal, hingga pakan ternak dan pupuk organik, yang menjadi bagian dari sistem sirkular pertanian di CooSAE.
Produk-produk tersebut lanjut Hardi dipilih sebagai produk unggulan lantaran sudah menjadi identitas agrikultur Kota Batu dan memiliki daya saing tinggi di pasar antar daerah. Selain itu, rantai pasoknya sudah terbentuk secara alami di masyarakat.
“Tinggal diperkuat secara kelembagaan melalui koperasi. Kami ingin memastikan nilai tambahnya tidak hanya dinikmati tengkulak atau pihak luar, tapi juga kembali ke petani dan pelaku usaha lokal melalui sistem koperasi yang transparan dan efisien,” tuturnya.
Meski baru beroperasi, terkait omzet yang dihasilkan CooSAE tak dapat dianggap remeh. Sebab perbulannya koperasi multi pihak ini dapat menghasilkan cuan miliaran rupiah.
“Omzet agregat dari aktivitas perdagangan lintas anggota CooSAE telah mencapai sekitar Rp 1,5 hingga Rp 2 miliar per bulan, terutama dari penjualan sayur dan buah ke mitra di Kalimantan Timur. Angka ini terus bertumbuh seiring dengan peningkatan kapasitas produksi dan digitalisasi transaksi antar anggota,” terangnya.
Pria yang juga sebagai petani jambu kristal asal Desa Bumiaji Kota Batu itu membeberkan, meski secara omzet agregat aktivitas perdagangan lintas anggota CooSAE telah mencapai miliaran namun tak dipungkiri ada kendala yang dihadapi. Khususnya soal modal dan sinkronisasi manajemen dengan koperasi anggota.
“Kendala utama kami ada di sinkronisasi manajemen antar koperasi anggota, karena setiap koperasi memiliki sistem dan budaya kerja yang berbeda."
"Solusinya, kami membangun platform digital terintegrasi untuk pencatatan transaksi, serta melakukan pelatihan rutin agar pengurus dan manajer KDKMP memiliki mindset bisnis yang sama."
"Selain itu, tantangan modal kerja juga kami atasi dengan membangun kemitraan bersama lembaga pembiayaan, termasuk perbankan dan lembaga keuangan mikro berbasis koperasi,” bebernya.
Sementara itu terkait keterlibatan anak muda dalam kegiatan di CooSAE dan KDKMP, Hardi menjelaskaan pihaknya melibatkan anak muda melalui tiga pendekatan, yaitu Edukasi dan inkubasi bisnis koperasi, seperti program Petani Muda Berjaya yang kami gagas bersama Pemkot Batu, Digitalisasi dan kewirausahaan berbasis teknologi misalnya pembuatan sistem traceability produk dan aplikasi keanggotaan koperasi dan Pelatihan Manajemen dan Tata Kelola Koperasi, agar anak muda dapat terlibat sebagai think tank di KDKMP.
“Kami memberikan pelatihan dan juga kepercayaan sebagai pengelola di CooSAE, sehingga mereka memiliki pengalaman untuk membantu pengelolaan KDKMP di desa/kelurahan mereka masing-masing nantinya. Kami percaya koperasi masa depan harus ramah terhadap generasi muda, bukan hanya tempat menabung, tapi tempat tumbuh dan berkarya,” ungkapnya.
Sedangkan soal mengoptimalkan peran teknologi digital untuk pengembangan koperasi, Hardi menegaskan teknologi digital menjadi tulang punggung pengelolaan CooSAE.
Bahkan di CooSAE telah mengembangkan sistem koperasi digital untuk memantau transaksi, stok, dan distribusi antar anggota secara real-time. Selain itu juga membangun portal marketplace B2B untuk memperluas akses pasar dan transparansi harga.
“Ke depan, kami ingin menerapkan blockchain sederhana untuk sistem traceability produk pertanian dan memperkuat kepercayaan mitra dagang luar daerah. Intinya, digitalisasi bukan hanya soal aplikasi, tapi tentang membangun budaya kerja koperasi yang efisien, transparan, dan kolaboratif,” tegasnya.
Pihaknya berharap CooSAE dapat menjadi model koperasi modern berbasis ekosistem yang mampu menjembatani antara dunia petani dengan dunia industri dan pasar.
Selain itu juga mendorong setiap Kopdes dan Kophan menjadi pionir kemandirian ekonomi desa, dengan CooSAE sebagai tulang punggung yang menghubungkan hulu–hilir serta membuka akses pasar nasional.
“Dalam jangka panjang, kami berharap sistem ini menjadi bagian dari strategi besar Koperasi Merah Putih dan Astacita Jawa Timur, di mana koperasi menjadi instrumen utama pemerataan ekonomi rakyat,” harapnya.
Coo Smart Agriculture Ecosystem (CooSae)
Cooperative Smart Agriculture Ecosystem
CooSAE
Rakhmad Hardiyanto
Nurochman
Kota Batu
Pemkot Batu
Koperasi Desa Merah Putih
Koperasi Merah Putih
SURYAMALANG.COM
| Kontroversi Makan Seafood Digetok Rp16 Juta Viral, Pedagang Labuan Bajo Bantah: Mereka Minta Diskon |
|
|---|
| Prakiraan Cuaca Malang-Kota Batu Hari Ini Minggu 2 November: Sejuk Berawan, Hujan Menggigil 17°C |
|
|---|
| Berita Arema FC Hari Ini Populer: Jaga Rekor Kandang, 2 Pemain Pelapis Siap Lawan Semen Padang |
|
|---|
| Mbah Tarman Dinanti Polres Pacitan, 2 Kali Mangkir dari Panggilan Kasus Dugaan Cek Palsu Rp 3 Miliar |
|
|---|
| Gubernur Khofifah Temui Orang Tua Putri, Kunjungi Ponpes Syeh Abdul Qodir Jailani |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/suryamalang/foto/bank/originals/Wali-Kota-Batu-panen-kentang-Jurang-Kuali-Desa-Sumber-Brantas-Bumiaji-Kota-Batu-CooSAE.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.