Ponpes Al Khoziny Sidoarjo Ambruk

Cerita Nanang Merangkak di Reruntuhan Ponpes Al Khoziny Demi Bantu Teman, Bakal Tetap Mondok

Nanang Saiful Rizal (16), Santri asal Malang menceritakan perjuangannya agar bisa selamat dari reruntuhan Ponpes Al Khoziny yang ambruk. 

Penulis: Frida Anjani | Editor: Frida Anjani
SURYAMALANG.COM/Kukuh Kurniawan/M Taufik
KORBAN SELAMAT PONPES - Sosok Nanang Saiful Rizal (16), santri asal Kota Malang yang menjadi korban selamat ambruknya Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur saat ditemui di rumahnya pada Jumat (3/10/2025). Ia menceritakan detik-detik saat ikut menyelamatkan temannya. 

Jumlah tersebut berpotensi berubah, tergantung dinamika yang berkembang selama penghimpunan data sampe Ante-Mortem yang bisa saja terus berlanjut hingga beberapa hari ke depan. 

"Dan itu masih bisa berubah seperti data Ante-mortem sebelumnya 62, kemudian ada tambahan lagi. Nah, itu kadang melapor kita fix kan gitu ya," ujarnya di depan kamar mayat RS Bhayangkara Surabaya, pada Jumat (3/10/2025). 

Metode pengujian Tes DNA merupakan cara paling pemungkas bahkan nyaris tak terbantahkan, dalam proses identifikasi korban. Hanya saja, kekurangannya, metode tersebut membutuhkan waktu lama.

Paling sebentar tiga hari, dan paling lama bisa dua pekan atau mungkin lebih. 

"Oleh sebab itu besok pagi langsung saya kirim. Biar segera teridentifikasi karena saya juga merasakan bahwa siapapun yang akan menunggu itu lebih berat," katanya. 

Namun, bersamaan dengan skema tersebut, Khusnan berharap pihak keluarga dapat mengumpulkan data sekunder sebanyak-banyaknya kepada pihak Tim DVI Polda Jatim melalui Posko Ante-Mortem yang tersedia. 

Seperti foto-foto semasa hidup.

Baca juga: 8 Jenazah Korban Runtuhan Gedung Ponpes Al-Khoziny Sidoarjo di Posko DVI RS Bhayangkara

Terutama foto bentuk gigi hasil dari rekam medis kesehatan gigi yang pernah dilakukan oleh korban di masa lampu semasa hidup. 

Karena, Khusnan mengungkapkan, pihaknya tidak bisa mengandalkan sidik jadi korban menggunakan perangkat alat Mobile Automatic Multi Biometric Identification System (MAMBIS). 

 Karena, kondisi jemari jenazah korban dalam keadaan rusak akibat proses pembusukan alamiah dengan usia kematian korban lebih dari tiga hari. 

"Lebih dari 3 hari sidik jari rata-rata sudah sulit untuk dilakukan pembandingan. Sudah agak sulit karena sudah terjadi proses alamiah, itu kira-kira," ungkapnya. 

Pada Jumat (3/10/2025), Khusnan Marzuki mengatakan, sudah ada delapan jenazah yang dievakuasi ke Posko DVI RS Bhayangkara Surabaya hingga pukul 21.02 WIB. 

Semua kondisi jenazah, dalam keadaan utuh, bahkan pakaian yang dikenakan oleh korban juga dalam keadaan yang sama, yakni kondisi utuh. 

Namun, baru lima jenazah yang sedang dalam proses identifikasi. Dan itu pun juga masih terkendala dengan kurangnya bahan data sekunder yang akan dijadikan instrumen pencocokan pada jenazah korban. 

Oleh karena itu, Khusnan mengimbau kepada pihak keluarga dapat lebih melengkapi banyak data sekunder seperti foto-foto korban semasa hidup. 

Sumber: Surya Malang
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved