Surabaya

Rekonstruksi Gedung Grahadi Surabaya Terkendala Bahan Baku Kayu jati, Bakal Dimulai Januari 2026

Rekonstruksi Gedung Grahadi Surabaya Terkendala Bahan Baku Kayu jati, Bakal Dimulai Januari 2026

Penulis: Fatimatuz Zahro | Editor: Eko Darmoko
SURYAMALANG.COM/Fatimatuz Zahro
GRAHADI - Sekdaprov Jawa Timur, Adhy Karyono, menjelaskan tentang keterlambatan pembangunan ulang Gedung Negara Grahadi, Kamis (13/11/2025). 
Ringkasan Berita:
  • Rekonstruksi Gedung Negara Grahadi, Surabaya, terkendala oleh beberapa hal
  • Di antaranya adalah perihal bahan baku, kayu jati
  • Pasca terbakar pada akhir Agustus 2025 lalu, hingga saat ini gedung kebanggaan Jawa Timur tersebut masih belum dilakukan pembangunan

SURYAMALANG.COM, SURABAYA - Rekonstruksi Gedung Negara Grahadi, Surabaya, hingga saat ini belum dimulai.

Pasca terbakar pada akhir Agustus 2025 lalu, hingga saat ini gedung kebanggaan Jawa Timur tersebut masih belum dilakukan pembangunan.

Padahal sebagaimana sebelumnya disampaikan, rekonstruksi Gedung Negara Grahadi ditargetkan selesai akhir tahun 2025 dengan waktu pengerjaan selama tiga bulan sejak bulan Oktober.

Sekdaprov Jawa Timur, Adhy Karyono menjelaskan, memang ada keterlambatan pembangunan ulang Gedung Negara Grahadi.

Hal ini disebabkan karena hal teknis yang menyebabkan rekonstruksi tidak bisa dilakukan segera.

“Sebetulnya Grahadi pembangunan ulangnya akan dilakukan oleh Dinas Cipta Karya dan sudah dialokasikan anggaran BTT nya."

"Namun ada kendala berdasarkan rapat cagar budaya rekonstruksi harus mengembalikan sesuai dengan originalitasnya,” kata Adhy kepada SURYAMALANG.COM, Kamis (13/11/2025).

Baca juga: Nilai yang Harus Ditebus untuk Rekonstruksi Gedung Grahadi yang Dibakar, Butuh Anggaran Rp 9 Miliar 

Salah satu yang cukup rumit adalah bahan bangunan kayu jati yang dibutuhkan untuk pembangunan atap dan juga pintu dan lain-lain.

Kayu jati yang dibutuhkan diameternya di luar ukuran reguler yang ada di pasaran.

Memang, dalam hal ini, Pemprov Jatim sudah memesan ke Perhutani.

Akan tetapi karena ukurannya yang harus besar, maka untuk menebang, dan mengeringkan butuh beberapa bulan.

“Lalu juga ada cat pemutih yang posisinya harus kita beli dari Jerman."

"Karena kalau yang asli memang pakai bahanbtersebut karena anti luntur anti lembab. Itu mungkin saat itu Belanda yang bawa,” ujar Adhy.

Lebih lanjut pihaknya pun sempat menawar pada tim cagar budaya.

Agar rekonstruksi yang dilakukan tetap sama secara tampilan, namun melindungi keaslian bangunan cagar budaya memang harus diutamakan.

“Karena memang harus menunggu kayunya siap, jadi kelihatannya baru bisa memproses di bulan Januari tahun 2026. Mungkin pengadaannya bisa kita lakukan lewat penunjukan langsung,” katanya.

Secara prinsip Pemprov Jatim diyakinkan Adhy ingin rekonstruksi dilakukan secepat mungkin.

Akan tetapi kondisi yang belum memungkinkan membuat rekonstruksi harus dilakukan lebih lama.

“Bahkan anggarannya kemungkinan membengkak. Kemarin sempat kita alokasikan Rp 9,6 miliar. Ini bisa lebih dari itu,” pungkas Adhy.

 

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved