Jombang
Petani Kedelai Jombang Merugi, Cuaca ekstrem Bikin Hasil Panen Merosot dan Harga Jual Turun
Cuaca ekstrem membuat petani kedelai di Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang tak bisa mendapatkan hasil panen yang bagus
Ringkasan Berita:
- Petani kedelai di Jombang harus gigit jari di masa panen saat ini
- Hasil panen yang merosot ditambah harga kedelai yang turun membuat para petani jauh dari keuntungan
- Cuaca ekstrem di musim kemarau menjadi salah satu faktor merosotnya hasil panen
Laporan : Anggit Puji Widodo
SURYAMALANG.COM, JOMBANG - Petani kedelai di Jombang harus gigit jari di masa panen saat ini.
Mereka terancam tak mendapatkan keuntungan, bahkan bisa merugi karena hasil panen yang tak sesuai harapan.
Cuaca ekstrem yang terjadi di tengah musim kemarau membuat petani kedelai di Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang tak bisa mendapatkan hasil panen yang bagus.
Baca juga: Musim Panen Raya, Harga Cabai Rawit di Petani Blitar Anjlok hingga Rp 15 Ribu per Kilogram
Hasil panen yang mereka harapkan justru jauh di bawah perkiraan.
Fenomena kemarau basah, yakni curah hujan tinggi di masa kemarau mengacaukan siklus tanam dan pertumbuhan kedelai.
Tanaman yang semula tumbuh subur, tiba-tiba terhambat karena akar membusuk dan bunga banyak yang rontok akibat perubahan cuaca mendadak.
"Sekarang hujan turun terus padahal harusnya kemarau. Akhirnya banyak tanaman rusak, polongnya kosong," ucap Miskun, petani asal Desa Podoroto, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang saat dikonfirmasi, pada Kamis (13/11/2025).
Ia menuturkan, hasil panen tahun ini merosot drastis dibanding tahun sebelumnya.
Dari lahan seluas sekitar 1.400 meter persegi, hanya diperoleh sekitar 4 kuintal kedelai. Padahal pada musim lalu, hasilnya bisa jauh lebih banyak.
Selain itu, harga jual di tingkat petani juga ikut terjun bebas.
"Sekarang cuma laku Rp 6.000 per kilo. Biasanya bisa sampai Rp14.000. Untungnya tipis, kadang malah rugi kalau dihitung sama ongkos tenaga," keluhnya.
Miskun mengaku tetap menanam kedelai meski sadar risikonya tinggi. Biaya tanam, mulai dari bibit hingga tenaga kerja, mencapai sekitar Rp1,5 juta.
"Kalau tidak ditanami, sawahnya nganggur. Jadi ya tetap tanam saja, walaupun hasilnya pas-pasan," ujarnya pasrah.
Baca juga: Petani Tembakau di Kabupaten Malang Alami Gagal Panen, Faktor Cuaca
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/suryamalang/foto/bank/originals/PANEN-KEDELAI-RUGI.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.