Jombang

Kasus DBD di Jombang Tembus 129 Pasien, 34 Puskesmas Waspada Lonjakan Kasus di Musim Hujan

Memasuki November, hingga pertengahan bulan sudah ada 29 kasus baru. mWarga yang terjangkit dirawat di berbagai layanan kesehatan, Puskesmas dan RS

Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM/Anggit Pujie Widodo
PASIEN DBD JOMBANG - Salah satu Pasien yang terjangkit Demam Berdarah Dengue (DBD) saat dirawat di RSUD Jombang, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, pada Rabu (12/11/2025). Rentang Oktober hingga pertengahan November sudah ada 129 kasus DBD.  

"Masyarakat harus tetap waspada. DBD tidak akan berkurang tanpa keterlibatan warga dalam menjaga lingkungan," ujarnya melanjutkan. 

Hexawan menambahkan, nyamuk Aedes aegypti dapat bergerak hingga satu kilometer dan lebih aktif menggigit pada pagi hari sekitar pukul 09.00 WIB - 10.00 WIB.

Sosialisasi ke sekolah-sekolah pun digencarkan untuk mencegah penularan di lingkungan belajar.

Peningkatan kasus juga dirasakan RSUD Jombang. Pada Kamis (13/11/2025), delapan pasien DBD masuk ke rumah sakit tersebut, sebagian besar anak-anak. Dua di antaranya bahkan harus dirawat di ruang ICU.

Direktur RSUD Jombang dr. Puji Umbaran menyebut perubahan cuaca sangat memengaruhi jumlah kasus yang masuk.

"Setiap musim hujan, populasi nyamuk biasanya meningkat dan berdampak pada jumlah pasien. Meski saat ini kasusnya lebih rendah dibanding musim kemarau, kewaspadaan tetap kami tingkatkan," ungkapnya.

Puji menjelaskan bahwa pola peningkatan DBD umumnya terjadi siklik setiap lima tahun, dan puncak terakhir terjadi setahun sebelumnya.

Ia mengingatkan masyarakat agar tidak lengah meski sudah memahami langkah pencegahan.

"3M tetap menjadi kunci, yakni Menguras, Menutup, dan Memanfaatkan kembali barang bekas. Bisa juga menaburkan abate atau memelihara ikan pemakan jentik," tuturnya.

Baik Dinas Kesehatan maupun rumah sakit mengajak warga untuk memperhatikan kebersihan rumah, sekolah, dan lingkungan sekitar.

Menurut mereka, upaya pengendalian tidak akan efektif bila hanya dilakukan satu sisi.

"Tidak ada artinya apabila rumah bersih tapi sekolah atau lingkungan masih menyimpan jentik. Semua harus bergerak bersama," pungkas Hexawan.

Sumber: Surya Malang
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved