Kabupaten Malang
Kisah Perjuangan Hidup Ayah Bocah Penderita Motor Delay di Wajak Malang, Rongsokan dan Motor Butut
Edy, ayah dari M Cahyo Dwi Putra, balita berusia 2 tahun yang menderita motor delay itu tiap hari harus susuri jalan untuk kumpulkan rongsokan
Penulis: Imam Taufiq | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM, MALANG - Edi Cahyadi, pria berusia 33 tahun, asal Desa Codo Rt 20/Rw 06, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang harus menjalani perjuangan keras setiap hari untuk menghidupi keluarga sederhananya.
Edy yang merupakan ayah dari M Cahyo Dwi Putra, balita berusia 2 tahun yang menderita motor delay itu tiap hari harus menyusuri jalan puluhan kilo meter untuk mengumpulkan rongsokan.
Baca juga: Bocah Usia 2 Tahun di Wajak Malang Menderita Motor Delay, Kini Membaik Dirawat di RSUD Kanjuruhan
Derita hidupnya memang bikin banyak orang terenyuh, namun itu dijalaninya dengan tabah dan penuh kesabaran.
Saat ini ia tinggal di rumah yang tak layak, cuma ukuran 5x7 m2, dengan serba kekurangan, ia masih sedang menjalani ujian.
Anaknya, M Cahyo Dwi Putra, balita berusia 2 tahun, menderita motor delay atau gangguan saraf motorik.
Meski kondisinya membaik setelah dirawat inap di RSUD Kanjuruhan, namun harus rutin rawat jalan.
Begitu juga, Rita (25), istrinya, sama-sama butuh perhatian khusus. Sebab, ibu dua anak itu juga mengalami gangguan, kakinya bengkok sehingga agak kesulitan untuk berjalan.
Begitu juga tangannya mengalami cacat serupa.
Namun demikian, Edi cukup kuat. Tiap hari, seperti Senin (15/9/2025) pagi, ia sudah meninggalkan rumahnya, yang ada di dekat punden dan sumber mata air itu.
Biasanya, ia berangkat mencari rongsokan, sebelum perutnya terisi karena belum ada yang dipakai mengganjalnya.
Bahkan, ia mengaku sudah langganan jika isi perutnya sampai berbunyi karena selalu telat mengisinya.
Selain, memasaknya masih dengan tungku, seringkali di dapurnya belum ada yang bisa dimasak, cuma ada onggokan kayu bakar.
Untuk dapurnya bisa mengepul, istrinya harus menunggu suaminya pulang, sehabis menjual hasil rongsokannya, yang dicarinya seharian itu.
"Kadang, ya dapat Rp 50 ribu, tapi kalau lagi dapat banyak, ya bisa Rp 100 ribu," tutur Edi.
Untuk mendapatkan uang segitu, rute yang ditempuhnya kadang sampai ke perbatasan Blitar. Seperti Kecamatan Donomulyo, yang berjarak 38 km dari rumahnya.
Untuk sejauh itu, ia harus seharian penuh, karena waktunya juga habis diperjalanan, dengan melintasi sekitar 5 sampai 7 kecamatan.
"Saya kaget kok, tadi pagi, Mas Edi lewat depan rumaku. Saya suruh mampir, lalu saya bawakan banyak barang yang layak pakai," tutur Radik Cahyo Purnomo A.Md.Kep, PJ Survailans UPT Puskesmas Wajak.
Radik mengenal baik Edy , meski rumahnya beda kecamatan.
Bahkan, Radik bisa dibilang 'pahlawan' buat Edi. Sebab, berkat Radik, bersama tim puskemas Wajak, dan Firmando Matondang, Kasatpol PP, anaknya bisa berobat.
"Tadi, saat cerita anaknya, ia terlihat senang karena dulu sebelum, dibawa ke rumah sakit, anaknya nggak bisa apa-apa.
Kini, anaknya sudah bisa merespons, termasuk sudah bisa memegang mainan.
Kemarin saat saya sambangi ke rumahnya, anaknya sudah bisa diajak bermain," ungkap Radik.
Melihat perjalanan hidupnya Edi, Radik memang tak tega dan sangat butuh perhatian.
Meski, saat ini tak tinggal dari punden ke punden atau makam namun rumah yang ditinggali itu jauh dari layak.
Namun, tiap hari, ia tak pernah melupakan pekerjaan rutinnya sebagai pencari barang bekas itu.
Jika dapat barang banyak atau sampai empat saks besar, itu dibonceng dengan sepeda motornya.
Bahkan, saking bututnya, sepeda motornya itu sudah tak bisa dikenali jenisnya karena tinggal terlihat kerangka besinya.
Sepertinya, sepeda motor itu jadi saksi kunci kerasnya perjalanan hidupnya, yang diwarnai tangis dan peluh itu karena sudah setia menemaninya 11 tahun.
"Pernah, kena operasi, lalu ditahan sepeda motor saya itu. Baru hitungan jam, polisinya mencari saya, karena ketakutan tiap lihat ke arah sepeda motorku itu. Katanya, ada orangnya," tutur Edi.
Sementara, drg Ivan Drie MMRS, Plt Kadinkes Kabupaten Malang mengaku ingin menyambangi keluarga Edy.
Terutama, ia ingin melihat langsung kondisi perkembangan anaknya, yang menderita motor delay, usai dirawat di RSUD Kanjuruhan. "Iya, kepingin ke sana, ini masih menyesuaikan jadwal," ungkapnya.(fiq)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.