Kota Malang
Festival Inklusif UM Soroti Tantangan Difabel dalam Akses Dunia Kerja
Festival ini bukan sekadar ajang pameran, melainkan media membuka mata publik dan dunia industri bahwa penyandang disabilitas memiliki potensi besar
Penulis: Benni Indo | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM, MALANG – Akses penyandang disabilitas terhadap dunia kerja masih menghadapi banyak tantangan, terutama dari sisi penerimaan industri dan kesiapan lingkungan kerja yang inklusif.
Hal ini menjadi salah satu pesan utama dalam Festival Inklusif 2025 yang digelar oleh Universitas Negeri Malang (UM) melalui Pusat Layanan Pendidikan Penyandang Berkebutuhan Khusus (PLPBK), Kamis (9/10/2025).
Juru bicara festival, Diyah Sulistiyorini, mengatakan festival yang sudah digelar untuk kali kedua ini bertujuan membangun sinergi antara dunia pendidikan, komunitas, dan industri agar semakin banyak ruang terbuka bagi penyandang disabilitas untuk berkarier secara setara.
“Dunia inklusi itu hanya bisa berhasil kalau semua pihak peduli.
Kami ingin memberi ruang bagi semua elemen—dari pendidikan, komunitas, hingga dunia usaha—untuk bersinergi membangun dunia kerja yang lebih inklusif,” kata Diyah.
Festival Inklusif kali ini mengusung tema “Membangun Sinergi Menuju Dunia Kerja yang Kreatif”.
Dalam acara tersebut, UM menghadirkan berbagai kegiatan, mulai dari pentas seni yang menampilkan karya siswa Sekolah Luar Biasa (SLB) hingga talk show dengan pelaku industri dan pekerja difabel yang sukses mandiri.
Menurut Diyah, festival ini bukan sekadar ajang pameran, melainkan media untuk membuka mata publik dan dunia industri bahwa penyandang disabilitas memiliki potensi besar.
“Padahal mereka punya super power sendiri yang sangat bermanfaat bagi dunia usaha,” tegasnya.
Diyah juga mengakui, tantangan sudah muncul sejak tahap pendidikan.
Ia menceritakan di lembaganya sendiri, meski UM telah memiliki pusat layanan khusus, proses adaptasi terhadap kebutuhan mahasiswa difabel masih terus berjalan.
“Di pendidikan tinggi saja kami masih perlu banyak beradaptasi. Kami rutin memberikan pelatihan kepada dosen dan mengembangkan teknologi untuk mahasiswa tunanetra atau tunarungu. Jadi kalau bicara dunia kerja, tantangannya lebih kompleks lagi,” ujarnya.
Ia menambahkan, masih banyak perusahaan yang ragu mempekerjakan penyandang disabilitas karena minimnya pemahaman dan kesiapan fasilitas.
"Banyak dunia industri yang masih takut-takut menerima. Padahal tidak sesulit itu, asal ada komitmen untuk menciptakan lingkungan kerja yang ramah,” jelasnya.
Melalui festival ini, PLPBK UM berharap semakin banyak pihak—terutama sektor industri dan swasta—yang membuka kesempatan kerja bagi penyandang disabilitas, tidak sekadar sebagai bentuk belas kasihan, tetapi sebagai pengakuan atas kompetensi dan kontribusi mereka bagi ekonomi inklusif.
UPDATE Kasus Yai Mim Vs Sahara, Diperiksa 6 Jam untuk Penyelidikan Laporan Pencemaran Nama Baik |
![]() |
---|
Klaim Pihak Sahara Dugaan Pelecehan Dilakukan Yai Mim 4 Kali: Kami Selama Ini Pasif di Media Sosial |
![]() |
---|
Niat Yai Mim Jual Rumah dan Tetap Akan Pindah, Proses Saling Lapor dengan Sahara Masih Berlanjut |
![]() |
---|
Pemkot Malang Perbarui Data Penerima Bansos, Banyak Perubahan Tak Tercatat |
![]() |
---|
Pemkot Malang Dorong Peran Swasta dalam Permodalan UMKM Lewat Konsep 'Gerakan Ekonomi Rakyat' |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.