Breaking News

Kota Malang

UB Malang Siapkan Beasiswa Pendidikan Dokter Spesialis untuk Dokter Palestina

UB Malang dan Bulan Sabit Merah Indonesia menjalin kerja sama pemberian beasiswa Pendidikan Dokter Spesialis untuk dokter Palestina

SURYAMALANG.COM/Rifky Edgar
DUKUNG PALESTINA - Penandatanganan perjanjian kerja sama antara Universitas Brawijaya (UB) Malang dengan Bulan Sabit Merah Indonesia untuk pemberian beasiswa dokter spesialis kepada dokter Palestina di UB, Senin (27/10/2025). 

SURYAMALANG.COM, MALANG - Universitas Brawijaya (UB) Malang bersama Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) resmi menjalin kerja sama pemberian beasiswa Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) bagi dokter-dokter asal Palestina, Senin (27/10/2025).

Penandatanganan kerja sama dilakukan di UB dan menjadi langkah konkret dukungan Indonesia di bidang kemanusiaan.

Terutama dalam pemulihan pendidikan di Gaza yang porak-poranda akibat agresi berkepanjangan.

Ketua Umum Dewan Pengurus Nasional Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI), Muhammad Djazuli Ambari mengatakan, saat ini kondisi kampus di Palestina banyak yang rusak dan hancur.

Untuk itu, melalui beasiswa ini diharapkan dapat memfasilitasi tenaga medis, utamanya dokter di Palestina dalam meneruskan jenjang akademik.

"Beasiswa ini kami tujukan bagi dokter-dokter dari Gaza yang kehilangan kesempatan belajar setelah kampus mereka hancur."

"UB memiliki unit Solidarity for Palestine, maka kami ajukan kerja sama ini agar mereka bisa menempuh pendidikan spesialis di Indonesia," ucapnya kepada SURYAMALANG.COM.

Baca juga: Pulang dari Jalur Gaza Palestina, Dua Dokter UB Malang Bagikan Kisah Derita Manusia di Tengah Perang

Ia mengatakan, program ini dibuka bagi lima dokter Palestina yang akan menempuh pendidikan spesialis di Indonesia.

Namun pada tahap awal, masih satu dokter telah diproses untuk memulai studi di UB Malang.

Program beasiswa tersebut mencakup biaya pendidikan hingga biaya hidup selama masa studi.

UB akan menanggung biaya kampus, sementara BSMI dan donasi masyarakat mengalokasikan dukungan untuk kebutuhan hidup para penerima beasiswa.

Menurutnya, penerima beasiswa berkewajiban kembali ke Gaza setelah lulus untuk mengabdi di tanah kelahirannya.

"Kesepakatan kami, mereka harus kembali dan mengabdi untuk Gaza."

"Ada yang sebelumnya pernah belajar di Indonesia, kembali ke Gaza, bahkan ada yang sudah syahid," ujarnya.

Djazuli mengatakan, meski hidup dalam keterbatasan, minat belajar para pemuda Gaza disebut tetap tinggi.

Banyak mahasiswa Palestina yang masih mengikuti kegiatan belajar mengajar dari tenda-tenda tempat penampungan mereka.

Ada juga yang meneruskan perkuliahan di Mesir, bagi mahasiswa Palestina yang bisa keluar dari negaranya.

"Mereka belajar tanpa gedung, dari tenda, rumah, hingga pengungsian dengan bermodal HP. Semangat pendidikannya luar biasa," ungkapnya.

Di sisi lain, Rektor Universitas Brawijaya (UB), Prof Widodo, menyatakan bahwa kerja sama ini merupakan wujud komitmen UB dalam kontribusi kemanusiaan global.

"Kita di UB ingin berkontribusi pada kemanusiaan, bukan hanya di Indonesia."

"Ini bagian dari amalan kita sebagai perguruan tinggi yang harus memberi dampak bagi masyarakat," katanya.

Ia menegaskan, bahwa UB sudah lama merintis kerja sama ini bersama Bulan Sabit Merah Indonesia.

UB juga menyiapkan proses pembelajaran khusus agar dokter Palestina dapat beradaptasi, terutama berkaitan dengan bahasa.

"Kalau dokter umum mungkin cukup dengan bahasa Inggris."

"Tapi spesialis berhadapan dengan banyak pasien, sehingga perlu adaptasi bahasa dan budaya," ungkapnya.

Prof Widodo menyambut baik kabar mengenai kemungkinan keterlibatan Indonesia dalam misi kemanusiaan di Gaza.

Ia berharap situasi dapat membaik sehingga upaya pendidikan dan kemanusiaan bisa berjalan lebih lancar.

“Terus bergerak dan berjuang untuk menegakkan keadilan," terangnya.

Dokter pertama yang telah berangkat ke UB adalah Reema Sami Balousha, calon spesialis obstetri dan ginekologi (Obgyn).

Ia merupakan dokter di Gaza yang sebelumnya harus keluar melalui Mesir karena kondisi blokade.

Ia merasa bersyukur mendapatkan beasiswa di UB dan yakin akan mendapatkan banyak pengalaman berharga di Indonesia.

"Aku merasa ini merupakan pengalaman yang bagus buat saya."

"Aku yakin bisa mendapatkan banyak hal baik ketika berkualiah di UB dan senang bisa berada di Indonesia."

Perempuan berhijab itu merasa bahwa Indonesia adalah negara yang bagus dan memiliki masyarakat yang cukup ramah.

Kondisi itu membuat Reema merasa bersemangat dalam melanjutkan pendidikan akademik di Indonesia.

"Aku merasa Indonesia merupakan negara yang sangat bagus, kota ini juga begitu."

"Masyarakatnya sangat membantu saya dan mereka ramah, saya merasa nyaman berada di sini sejak September," tandasnya.

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved