Malang Raya Darurat Bencana
Warga Kota Malang Dekat EWS Perlu Dapat Sosialisasi Kegawatdaruratan Bencana
Warga Kelurahan Bareng yang tinggal di kawasan rawan banjir mengaku belum pernah mendapat sosialisasi terkait keberadaan Early Warning System
Penulis: Benni Indo | Editor: Dyan Rekohadi
Ringkasan Berita:
- Warga yang tinggal di lokasi yang terdapat Early Warning System (EWS) di kota Malang mengaku belum mendapat sosialisasi terkait keberadaan EWS.
- Minimnya sosialisasi mengenai EWS membuat sebagian warga belum memahami cara kerja dan manfaat peringatan dini bencana tersebut.
SURYAMALANG.COM, MALANG – Warga Kelurahan Bareng yang tinggal di kawasan rawan banjir mengaku belum pernah mendapatkan sosialisasi terkait keberadaan Early Warning System (EWS).
Padahal alat peringatan dini tersebut berada tepat di depan rumahnya.
Baca juga: Wali Kota Malang Pastikan Simulasi Bencana dan Masterplan Drainase Diperkuat untuk Kurangi Banjir
Ridwan, warga yang rumahnya berada di dekat aliran sungai, mengatakan baru mengetahui bahwa alat EWS di wilayahnya selesai diperbaiki sekitar sepekan lalu.
Katanya, alat tersebut sudah berada di depan rumahnya sejak beberapa bulan lalu.
“Saya tidak pernah mendapatkan sosialisasi tentang EWS. Alat itu baru saja diperbaiki, mungkin sekitar seminggu lalu. Saya juga tidak pernah mendengar sirinenya,” katanya, Minggu (16/11/2025).
Ia menjelaskan bahwa banjir sudah menjadi kejadian rutin setiap kali hujan deras mengguyur kawasan atas.
Rumahnya yang berada di kawasan rendah akan merima luapan air.
Dengan kondisi sungai yang dalamnya bisa mencapai 3 meter dan lebar 2 meter, luapan air kerap masuk ke dalam rumah warga.
“Kalau hujan deras, pasti banjir di sini. Saya dan keluarga sudah terbiasa. Kalau hujan di atas, saya langsung amankan barang-barang,” ujarnya.
Meski terbiasa, Ridwan berharap penanganan banjir tidak terus menerus dibebankan ke warga.
Ia berharap pemerintah serius menangani banjir di Kota Malang.
Menurutnya, banjir telah menjadi persoalan yang tak tuntas setiap tahun, setiap kali hujan datang.
“Kami menangani sendiri, tapi harapannya pemerintah bisa menyelesaikan masalah banjir ini. Kalau sudah tidak banjir, kami bisa lebih tenang,” imbuhnya.
Baca juga: BPBD Petakan Kelurahan Rawan Bencana, Catat Data Hingga Level Rumah dan Tata Sistem Peringatan Dini
Berbeda dengan Ridwan, Ketua RT 14 RW 7 Kelurahan Bareng, Suci, mengatakan bahwa ia pernah mendengar EWS berbunyi.
Menurutnya, suara sirine itu menandakan ketinggian air sudah melewati batas aman.
“Bunyinya seperti sirine. Kalau berbunyi berarti air sudah melebihi batas normal,” jelasnya.
Suci yang aktif sebagai kader dan relawan kebencanaan di lingkungannya mengaku sering mengikuti sosialisasi terkait mitigasi bencana.
Namun, khusus terkait penggunaan dan fungsi EWS, belum pernah ada sosialisasi yang diberikan.
“Kalau soal kebencanaan, sering ada sosialisasi dari kelurahan atau relawan," katanya.
Setiap hujan deras, Suci selalu turun langsung ke lapangan untuk memantau kondisi warganya dan memastikan apakah situasi masih bisa dikendalikan.
“Saya cek langsung lokasi kalau hujan. Biar tahu apakah genangan masih bisa ditangani atau perlu bantuan,” ujarnya.
Minimnya sosialisasi mengenai EWS membuat sebagian warga belum memahami cara kerja dan manfaat peringatan dini bencana tersebut.
Pemerintah dapat memberikan penjelasan yang memadai serta mempercepat upaya penanganan banjir yang sudah berlangsung bertahun-tahun.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/suryamalang/foto/bank/originals/EWS-di-Kelurahan-Barengkota-malang.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.