Kota Malang

Kepanikan Dasuki saat Longsor Plengsengan Jalan Gatot Subroto Kota Malang Menerjang Rumahnya

Kepanikan Dasuki saat Longsor Plengsengan Jalan Gatot Subroto Kota Malang Menerjang Rumahnya

Penulis: Benni Indo | Editor: Eko Darmoko
SURYAMALANG.COM/Benni Indo
KORBAN LONGSOR - Dasuki, warga yang rumahnya terdampak longsor plengsengan trotoar Jalan Gatot Subroto, kawasan Kampung Tridi, Kota Malang, Senin (24/11/2024). Dasuki berharap ada bantuan untuk segera bisa kembali ke rumahnya yang rusak akibat diterjang longsor. 
Ringkasan Berita:
  • Plengsengan trotoar Jalan Gatot Subroto, Kota Malang, ambrol dan longsor menimpa rumah warga
  • Suara longsoran terdengar seperti kumpulan material besar yang jatuh bersamaan
  • Material tanah, batu, dan puing-puing menerjang turun tanpa bisa dibendung

SURYAMALANG.COM, MALANG - Sore hari seharusnya menjadi waktu paling tenang bagi Dasuki (60).

Seperti biasa, warga Kelurahan Ksatrian, Kecamatan Blimbing, Kota Malang itu duduk di ruang tamu menikmati acara televisi, sementara sang istri memasak di dapur.

Hari mulai gelap, jam menunjukkan sekitar pukul 18.00.

Tidak ada firasat buruk sampai suara “gerotok-gerotok” dari arah atas rumah mengubah semuanya.

“Awalnya saya kira kecelakaan mobil,” kenang Dasuki.

Suara itu terdengar seperti kumpulan material besar yang jatuh bersamaan.

Namun hanya dalam hitungan detik, suara itu berubah menjadi dentuman keras.

Bukan kendaraan. Ternyata, plengsengan trotoar Jalan Gatot Subroto di sisi atas rumahnya ambrol dan longsor menimpa rumahnya.

Material tanah, batu, dan puing-puing menerjang turun tanpa bisa dibendung.

Baca juga: BREAKING NEWS : Jalan Gatot Subroto Ambrol, 11 Penghuni Rumah Diungsikan

“Saya langsung keluar. Istri saya teriak-teriak minta tolong,” ujarnya.

Saat itu di dalam rumah hanya ada dua orang: Dasuki dan istrinya.

Tidak ada waktu menyelamatkan barang. Ruangan belakang rumah terisi air dan lumpur.

Pasir, lumpur, dan bebatuan memenuhi kamar, dapur, hingga lemari pakaian.

“Lemari hancur semua. Pakaian, semua tertimbun,” katanya.

Rumah dua lantai itu sebenarnya telah ia tempati lebih dari 30 tahun.

Selama lebih dari 30 tahun tinggal di lokasi tersebut, tak pernah ia mengalami bencana sebesar ini.

Banjir kecil pernah, tapi longsor dari atas tebing baru kali ini terjadi.

Ia mengingat, plengsengan di atas rumahnya memang sudah lama rusak. Batu-batunya tampak menggantung dan rapuh.

Dua minggu sebelumnya, sempat ada pekerja memasang paralon saluran air di titik itu.

Namun ia tidak tahu pasti kapan pekerjaan dilakukan atau apakah ada perbaikan struktur.

“Batunya itu banyak yang gantung-gantung. Kemarin sempat ada petugas pasang paralon, mungkin dua mingguan lah,” katanya.

Begitu longsor terjadi, warga sekitar langsung berdatangan menolong.

Dasuki dan istrinya mengamankan diri ke rumah kosong milik tetangganya yang berada tepat di depan rumah.

Malam itu, untuk pertama kalinya setelah puluhan tahun, ia tidak bisa tidur di rumahnya sendiri.

Sekarang, Dasuki hanya berharap pemerintah segera memberikan solusi. Ia ingin kembali ke rumah tempatnya beristirahat seperti biasa.

“Saya ingin rumah saya bisa ditempati lagi seperti umumnya,” ucapnya lirih.

Sebagai pekerja serabutan, ia tahu dirinya tidak punya cukup tabungan untuk membangun ulang rumah dua lantainya yang rusak.

Dasuki, warga RT 1 RW 12 Kelurahan Ksatrian, kini menunggu tindak lanjut pemerintah setelah bencana longsor itu.

Ia berharap ada penanganan plengsengan secara menyeluruh agar kejadian serupa tidak terulang pada warga lain.

“Yang penting, solusinya gimana. Biar rumah saya bisa ditempati lagi,” katanya.

Di antara puing-puing rumah yang kotor, Dasuki berdiri dengan harapan sederhana, bisa kembali pulang. 

Sumber: SuryaMalang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved