Malang Raya

Perseteruan Angkutan Konvensional dan Online di Kota Malang Jadikan Warga sebagai Korban

Tria juga penumpang lain menjadi korban perseteruan sopir angkot dan taksi online. Perseteruan yang kembali pecah

Penulis: Sri Wahyunik | Editor: eko darmoko
SURYAMALANG.COM/Hayu Yudha Prabowo
Sejumlah angkutan kota diparkir di sekitar Stasiun Kota Malang, Jumat (22/12/2017). Aksi mogok kerja ini dilakukan setelah terjadi gesekan dengan angkutan berbasis online. 

SURYAMALANG.COM, KLOJEN - Ny Tria menunggu jemputan di depan Patung Singa Taman Trunojoyo seberang Stasiun Malang sekitar 1,5 jam, Jumat (22/12/2017).

Menunggu itu merupakan keterpaksaan yang dihadapi Tria. Sebab perempuan ini diturunkan di depan stasiun ketika naik angkutan kota (Angkot) trayek GA.

Perempuan itu naik GA dari kawasan pabrik Sampoerna di Blimbing hendak ke rumahnya di kawasan Bandulan.

Setibanya di Stasiun Malang, sopir GA meminta Tria dan penumpang lain turun. Hal itu terjadi karena sopir angkot itu hendak mengikuti aksi solidaritas ratusan sopir angkot di kawasan Stasiun Malang.

Tria juga penumpang lain menjadi korban perseteruan sopir angkot dan taksi online. Perseteruan yang kembali pecah setelah sempat redup beberapa waktu.

Pagi sekitar pukul 10.00 Wib, pertengkaran antara sopir angkutan konvensional dan taksi online kembali terjadi. Bahkan pertengkaran ini membuat angkot mogok mengangkut penumpang, begitu juga taksi online.

Sopir angkot beserta ratusan angkot diparkir di seputaran Stasiun sampai ke utara ke arah Jl Trunojoyo dan Pajajaran Kota Malang.

Angkot yang melintas di kawasan ini diminta untuk berhenti, dan menurunkan penumpang. Sopir yang masih mengangkut penumpang menuruti permintaan sesama sopir. Walhasil, banyak penumpang diturunkan di tengah jalan, sebelum tiba di tujuan akhir, seperti yang dialami Tria.

"Mulai jam 1 siang tadi. Tiba-tiba diturunkan di sini. Ini masih nunggu jemputan dari bapak (suami). Katanya angkotnya demo," ujar Tria.

Perempuan ini mengaku tidak mengetahui persoalan apa yang terjadi sampai dirinya menjadi korban. Tak lama berbincang dengan SURYAMALANG.COM, sang suami tiba untuk menjemputnya.

Seorang perempuan asal Bangil juga menjadi korban perseteruan dua jenis armada ini. Perempuan berjilbab yang tidak mau menyebut namanya ini baru turun dari kereta api lokal sekitar pukul 14.30 Wib. Ia hendak kulakan kain di sebuah toko di kawasan Pasar Besar.

"Tadi nunggu angkot lama sekali. Akhirnya mencoba pesan taksi online, ternyata ditolak juga. Katanya ada demo. Akhirnya ya naik becak. Saya butuh cepat nyampe ke lokasi," ujarnya.

Ia mengaku mengetahui konflik armada online dan konvensional di seputaran Stasiun Malang. Karenanya ketika kulakan bahan di Kota Malang, ia memilih naik angkot dari Stasiun Malang. Ia jarang memakai armada online.

Hal ini berbeda dengan di Surabaya. Ia menuturkan di beberapa tempat di Surabaya, ada tempat yang menjadi lokasi mangkal armada online, meskipun itu ada di seputaran stasiun atau terminal.

"Kayak di Gubeng meski harus jalan agak jauh tetapi ada tempat menunggu untuk online, dan aman-aman saja," ujarnya.

Halaman
12
Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved