Membentuk Model Keluarga Islami Dari Kisah Para Nabi Hingga Raja Fir'aun
Kisah keluarga maupun individu terpuji dan tercela dari masa lalu berikut mampu menjadi cerminan dalam membentuk model keluarga islami
“Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua isteri itu berkhianat kepada suaminya masing-masing, maka suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikit pun dari siksa Allah; dan dikatakan kepada keduanya: Masuklah ke dalam jahannam bersama orang-orang yang masuk neraka jahannam.” (QS. At-Tahrim: 10).
Artinya, model keluarga Nabi Nuh A.S dan Nabi Luth A.S adalah suami yang taat, sedangkan istrinya tidak taat kepada Allah S.W.T
Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada jaminan seorang ustaz/teungku mendapatkan isteri shalihah.
Perumpaan model keluarga di atas terlihat bahwa para Nabi saja tidak terjamin dari pada mendapatkan isteri shalihah.
Namun, ketidakshalihan istri tidak membuat mereka menjerumuskan diri dalam perilaku tercela sang istri.
Sebab itu, banyak orang mendapatkan gelar ustaz/teungku di lingkungan sosial, akan tetapi memperoleh istri yang durhaka kepada Allah S.W.T.
Maka diperlukan ketabahan suami dalam membina dan meluruskan tulang-rusuk (tulang bengkok) dalam berkeluarga.
5. Model Keluarga Nabi Ibrahim A.S
Nabi Ibrahim as termasuk satu dari para Nabi dan Rasul ulul azmi, yakni Nabi yang paling banyak cobaan dan rintangan dalam menjalani kehidupan.
Dalam sejarah tercatat bahwa Nabi Ibrahim A.S memiliki dua istri, yakni Siti Sarah dan Siti Hajar.
Dari pernikahannya dengan Siti Sarah lahir seorang anak bernama Nabi Ishaq A.S.
Dari keturunan Ishaq lahir para Nabi dan Rasul selanjutnya, seperti Nabi Ya’qub A.S, Nabi Yusuf A.S, dan lainnya.
Sedangkan dari pernikahannya dengan Siti Hajar lahir seorang anak bernama Nabi Ismail AS.
Dari jalur keturunan Ismail hanya lahir seorang Nabi dan Rasul penutup, yakni Nabi Muhammad S.A.W (QS. Al-Ahzab: 40).
Dari gambaran keluarga Nabi Ibrahim S.A.W, tergambar jelas bahwa model keluarga tersebut merupakan keluarga utuh yang taat kepada Allah S.W.T, baik suami maupun isteri-isterinya.
Dari sanalah lahir anak-anak yang taat kepada Allah S.W.T hingga menjadi Nabi dan Rasul.
Tentu hal itu karunia Allah S.W.T bagi Nabi Ibrahim A.S.
Dari kisah-kisah di atas, hendaknya kita berkaca dan bercermin dari empat model keluarga tersebut.
Dari keempat model yang disajikan di atas, termasuk model manakah keluarga kita? Sehingga setiap kita terus memperbaiki kondisi keluarga untuk menjadi keluarga ahli surga. Semoga! (Opini: Fitria Kusumaningsih, M Pd
Dosen Universitas Tridinanti)