Tempo Doeloe
Dari Kubwan Jadi Kebun, dan Lenyapnya Kebun Terakhir di Kota Malang Berkat Proyek Jalan Tol
Dari Kubwan Jadi Kebun, dan Lenyapnya Kebun Terakhir di Kota Malang Berkat Proyek Jalan Tol. Esai panjang oleh arkeolog-cum-sejarawan Dwi Cahyono.
Untuk menggambarkan tentang kebun yang luas, ditambahkan kata "agung, hageng (ageng)" atau bisa juga dengan merepetisi kata dasar "kubu" menjadi "kubu-kubu" atau kata "kubon" menjadi "kubon-kubon".
Terkait dengan kata ulang tersebut, ada salah satu prasasti batu yang dikeluarkan oleh Sri Maharaja Rakryan Watukura Dhyah Balitung, raja di kerajaan Mataram pada Era Keemasan (Golden Periode), yang bertarikh 827 Saka (17 Oktober 905 Masehi).
Prasasti ini ditemukan di daerah Malang, yang konon merupakan benda koleksi seorang kontrolir perkebunan di Malang. Boleh jadi desa "Kubu-kubu" yang ditetapkan sebagai "desa perdikan (sima, swatantra) " oleh raja Balitung ini berada di daerah Malang, sesuai dengan lokasi penemuannya.
Desa (wanua) kuno Kubu- kubu itu cukup alasan untuk dilokasikan di Desa Kebonagung Kecamatan Pakisaji dan sekitarnya sekarang.
Wilayah wanua kuno Kubu-kubu itu kini meliputi Desa Kebonagung dan desa tetangganya, yang juga mempunyai usur nama "kebon", yaitu Kelurahan Kebonsari.
GOOGLE MAPS - Desa Kebonangung, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang
Suatu areal kebun bisa juga dihadirkan dengan membuka sebagian areal hutan, sehingga ada sebutan "kebun tetelan".
Kebun di tepi hutan yang baru dibuka dari yang sebelumnya berupa areal hutan diistilahi dengan "talun", seperti tergambar pada Kampung Talun (sekarang masuk dalam wilayah Kelurahan Kauman di sub-area tengah Kota Malang), yang kala lalu dibuka di tepi Alas Patangtangan (disebut di dalam kitab Pararaton) ".
Kebun baru lainnya yang menurut Prasasti Gulung-gulung 929 Masehi adalah kebun yang dibuka dari areal alas (hutan) ing (di) Bantaran.
Areal kebun dimaksud kini berada pada sub-area utara Kota Malang, pada mana masih didapatkan kampung bernama "Bantaran".
Boleh jadi, kebun luas di desa kuno (wanua) Kubu-kubu, yang kini masuk di dalam wilayah Kelurahan Kebonsari dan Desa Kebon Agung sub-area selatan Kota Malang mulanya dibuka dari sebagian area hutan yang berada di areal apitan Kali Metro dan Kali Sukun.
Begitulah kiranya, pada Kota Malang yang berada di dataran tinggi, ketika masa Hindu-Buddha telah terdapat kebon yang luas di sejumlah tempat, yang adalah lahan budidaya tanaman bagi pencaharian hidupnya.
B. Pencapaian Gemah-Ripah dari Perkebunan
Dalam kata "kebun (kebon)" terkandung makna ikhtiar seseorang atau sekelompok orang untuk dapat meraih arau mendapatkan "ke-gemah-an" serta "ke-keripah-an" dari hasil alam.