Tempo Doeloe

Dari Kubwan Jadi Kebun, dan Lenyapnya Kebun Terakhir di Kota Malang Berkat Proyek Jalan Tol

Dari Kubwan Jadi Kebun, dan Lenyapnya Kebun Terakhir di Kota Malang Berkat Proyek Jalan Tol. Esai panjang oleh arkeolog-cum-sejarawan Dwi Cahyono.

Editor: yuli
bpkad kota malang
Areal Alun-alun Tugu, Kota Malang. 

Malangraya di masa lampau adalah kawasan yang mempunyai areal perkebunan yang luas di penjuru wilayahnya. Tanahnya yang terbilang subur lantaran berada di lingkung gunung berapi, adanya sejumlah sungai serta banyak sumber air, dengan udaranya yang sejuk segar, menjadi modal ekologis internal untuk pembudidayaan tanaman perkebunan.

Sejak Masa Bercocok Tanam dan Masa Perundagian di zaman Prasejarah kawasan Malangraya telah dipilih sebagai area bermukim, yang ditopang oleh lahan agraris subur.

Luas areal perkebunan bertambah pada masa Hindu-Buddha dengan dibuka kebun- kebun baru (talun).

Luas kebun makin meningkat signifikan sejak Gubernur Jendral VOC, Johannes van den Bosch, memberlakukan "Cultuurstelsel (Sistem Kultivasi, atau Sistem Budi Daya)" pada tahun 1830, yang Malang Raya utamanya dibuka pada areal Malang barat dan utara.

Terlebih lagi setelah Menteri Jajahan Engelbertus de Waal memberlakkan "Undang-Undang Agraria (Agrarusche Wet)" beserta "Undang-Undang Gula (Suiker Wet)" tabun 1870, luas area perkebunan kian bertambah luas -- termasuk pembukaan areal baru di Malang Selatan, Timur dan Tengah.

Memasuki awal abad XX, buah dari industri perkebunan amat dirasakan bagi peningkatan pendapatan ekonomi kolonial di Malangraya.

Dampak agrarisnya pun terkena pula pada birokrasi pemerintahan, dengan dimekarkannya sistem pemerintahan Kaboepaten (Regent) Malang menjadi (1) Regent Malang dan (2) Gemeente (Kotapraja) Malang pada tahun 1914.

Bahkan, terhitung semenjak tahun 1926 pusat Karesidenan Pasuruan direlokasikan ke Malang. Kemajuan tergambar jelas dengan pembangunan pesat fasilitas publik dan privat di Kota Malang maupun sejumlah pusat distrik di Malangraya .

Paparan di atas memberikan gambaran bahwa perkembangan peradaban di Malangraya pada lintas masa antara lain adalah buah berkah dari sektor perkebunan. Namun, Zaman Keemasan Perkebunan tersebut turun drastis pada masa Pendudukan Jepang (1942-1945) dan semakin parah setelah memasuki masa Kemerdekaan RI.

Perkebunan tidak lagi menjadi pilar kokoh bagi perekonomian Malangraya.

Bahkan kini, pada wilayah Kota Malang, areal perkebunan nyaris musnah, berganti dari "kebun tanaman" menjadi "kebun beton dan kaca".

GOOGLE MAPS - Area sekitrar Bukit Buring, Kota Malang

Kalaupun di sub-area timur Kota Malang pada Gunung Buring masih tersisa area perkebunan, keluasannya kian terbatas dan bisa dibilang "the last" kebun, yang boleh jadi tidak lama lagi bakal menyandang status "almarhum kebun" lantaran Jalur Tol yang melintasi sub- area timur Malang siap melumatkan "kebun terakhir" itu.

Selamat jalan perkebunan di Kota Malang. Kita adalah salah satu pihak yang ikut berkontribusi bagi terikikis habisnya perkebunan di sekitar kita.

Kebun, sawah dan ladang, engkau bakal memasuki fase metamorfosa menjadi bagian integral metropolitan Kota Malang, yang sayang hingga kini masih belum jelas kemana arahnya dan bagaimana formulanya. Nuwun.

Sangkaling, 30 September 2019
Griya Ajar CITRALEKHA

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved