Kekerasan di SMPN Negeri Kota Malang

7 Siswa Pelaku Bullying MS di SMPN 16 Malang Ternyata Aktivis & Anggota Pramuka, Ini 6 Fakta Lainnya

7 Siswa Pelaku Bullying MS di SMPN 16 Malang Ternyata Aktivis & Anggota Pramuka, Ini 6 Fakta Lainnya

Penulis: Frida Anjani | Editor: Adrianus Adhi
SURYAMALANG.COM/Hayu Yudha Prabowo
Korban kekerasan atau perundungan, MS saat dijenguk oleh Wali KOta Malang Sutiaji di rumah sakit, Senin (3/2/2020). 

"Keputusan dilakukan amputasi setelah dilakukan observasi," ujar Taufik pada wartawan, Selasa (4/2/2020).

Wacana tindakan amputasi untuk salah satu jari MS sebenarnya sudah muncuk sejak awal kasus ini ketika viral.

Tapi informasi terkait amputasi itu jadi abu-abu karena beberapa pihak menyebut tidak jadi amputasi.

Selama MS menjalani perawatan di rumah sakit kabar terkait rencana amputasi itupun masih sebatas wacana, karena observasi masih terus dilakukan.

Pihak keluarga menyebut, keputusan melakukan amputasi akhirnya benar-benar diambil oleh dokter yang merawat pada hari Senin (3/2/2020) dan operasi amputasi dijadwalkan di hari Selasa (4/2/2020) jam 18.00 WIB.

Menurut Taufik, Pak De dari MS, pertimbangan keputusan melakukan amputasi selain karena kondisi ujung jari selama masa obeservasi tetap menunjukkan tak berfungsi lagi, juga karena pertimbangan kondisi fisik MS yang sudah bagus.

6. Walikota Malang Geram Karena Tak Dapat Informasi Utuh Kasus Perundungan Siswa SMP

Sutiaji, Walikota Malang merasa geram atas kasus perundungan yang menimpa siswa SMP di Kota Malang, MS (13).

Sebab ia tidak mendapatkam informasi utuh kasus itu saat kunjungan ke sekolah itu bersama Komisi D, Senin (3/2/2020).

Sedang yang dinyatakan oleh Kapolres Malang berbeda.

“Karena ada kesan penggalan informasi yang tidak utuh saya terima (dari sekolah, red).”

Korban kekerasan atau perundungan, MS saat dijenguk oleh Wali KOta Malang Sutiaji di rumah sakit, Senin (3/2/2020).
Korban kekerasan atau perundungan, MS saat dijenguk oleh Wali KOta Malang Sutiaji di rumah sakit, Senin (3/2/2020). (SURYAMALANG.COM/Hayu Yudha Prabowo)

“Apa yang diinformasikan dari perkembangan berita sebagaimana dilansir (narasumber berita) oleh Polres Kota Malang, dan dibenarkan Bapak Kapolresta, tidak kami dapatkan saat melakukan kunjungan ke sekolah beberapa hari yang lalu bersama Komisi D DPRD Kota Malang,” papar Sutiaji dalam rilis yang disampaikan humas Pemkot Malang, Rabu (5/2/2020).

Menurutnya itu tidak bagus. Karena itu walikota minta kepada Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan untuk mengambil langkah pembinaan teknis.

Maka hari ini, Rabu (5/2/2020), para kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan guru guru BK diundang ke balaikota.

Ia tidak ingin kejadian ini terulang lagi. Sedang Kabag Humas Pemkot Malang menyatakan jadwal pertemuan dinamis jamnya.

Sebab hingga pukul 11.00 WIB, walikota masih ada jadwal terkait pipa air PDAM di Balaikota.

Menurut dia, tanggung jawab mendidik anak memang tidak bisa dibebankan pada sekolah saja, memang harus ada keterlibatan aktif para orang tua dan pelibatan masyarakat.

“Namun saat anak anak di lingkungan sekolah maka itu tanggung jawab sekolah dimana kepala sekolah adalah top manajernya,” tegasnya.

Apalagi kejadian perundungan ini di sekolah.

“Saya tetap menyalahkan sekolah karena terjadi di sekolah,” kata Sutiaji pada wartawan usai kunjungan ke SMP itu, Senin (3/2/2020).

Dan sekolah baru tahu setelah keluarga korban mengkonfirmasi kejadian itu ke pihak sekolah.

Saat itu korban sudah dirawat di RS hingga kini. Bahkan semalam, salah satu jarinya diamputasi.

Adanya itu, lanjutnya, maka logis dilakukan pola reward atau pun sanksi kepada lembaga sekolah atau kepala sekolah dinamika yang terjadi di lingkungan sekolah tersebut.

Walikota menyatakan akan terus memantau perkembangan siswa yang  jadi korban dengan menjalin komunikasi dengan orang tuanya, dokter pendamping serta kunjungan ke rumah sakit.

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved