Inspirasi Usaha
Warkop di Mojokerto Disulap Jadi Usaha Masker Kain, Berdayakan Warga Sekitar saat Pesanan Membludak
Khoirina Melanie sang pemilik usaha warkop di Mojokerto mengubah usahanya menjadi usaha konveksi pembuatan masker setelah warkop ditutup akibat corona
Penulis: Mohammad Romadoni | Editor: isy
"Sudah dua minggu memproduksi masker kain sekarang banyak pesanan sampai kewalahan," terangnya.
Ditambahkannya, ada tiga jenis masker kain yang diproduksinya yakni masker kain satu lapis berbahan semi katun berharga satuan Rp 5.000 dan satu lusin Rp 50 ribu.
Masker kain berbahan dua lapis semi katun dijual satuan Rp 6.000 dan satu lusin Rp 60 ribu.
Namun, produk unggulan yaitu masker dua lapis katun yang dijual satu lusin Rp 70 ribu.
Omzet usaha konveksi dari produksi masker kain ini sekitar Rp 10 juta.
"Satu hari bisa memproduksi 1.000 masker kain," jelasnya.

Melanie yang masih lajang ini menuturkan usaha konveksi pembuatan masker kain ini menyerap tenaga kerja dari masyarakat setempat.
Lulusan Desain Busana PS-Pro Malang ini memberdayakan ibu rumah dan remaja puteri untuk dipekerjakan membuat masker di rumah.
Apalagi, permintaan masker saban hari membludak sehingga ia melibatkan banyak orang untuk mencukupi kebutuhan produksi masker kain.
Katanya, saat ini ada 10 pekerja yang memproduksi masker kain di tempat warung kopi tersebut.
"Saya juga melibatkan masyarakat untuk menjahit masker kain di rumahnya masing-masing karena tempat warung kopinya sudah tak cukup," ujarnya lalu tersenyum.
Hasil produksi masker kain ini dipasarkan hingga ke luar Kota Mojokerto seperti di Sidoarjo, Surabaya, Lamongan, Malang, Jakarta sampai Kalimantan.
Paling banyak masker kain dipesan oleh pejabat Kecamatan dan instansi pemerintah.
"Masker yang paling diminati masker kain dua lapis berbahan katun karena nyaman dipakainya," tandasnya.